Rabu, 11 Juni 2014


UNICEF Logo
Jenis
Dana
Akronim
UNICEF
Ketua
Status
Aktif
Didirikan
11 Desember 1946
Kantor pusat
New York, USA
Situs web
Induk



United Nations Children's Fund

            United Nations Children's Fund (UNICEF) atau Badan PBB untuk anak-anak didirikan oleh Majelis Umum PBB pada 11 Desember 1946. Bermarkas besar di Kota New York, UNICEF memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan jangka panjang kepada anak-anak dan ibunya di negara-negara berkembang. UNICEF merupakan agensi yang didanai secara sukarela, oleh karena itu agensi ini bergantung pada sumbangan dari pemerintah dan pribadi. Program-programnya menekankan pengembangan pelayanan masyarakat untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak. UNICEF mendapatkan Penghargaan Perdamaian Nobel pada 1965. Klub Spanyol FC Barcelona mendukung UNICEF dengan memasang logo badan PBB itu pada seragam para pemainnya tanpa imbalan finansial.

Sejarah Unicef
           
            Unicef adalah sebuah organisasi internasional dibawah naungan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) yang bergerak di bidang kesehatan dan gizi, air dan kebersihan lingkungan, perlindungan, serta pendidikan dan HIV/AIDS, dalam rangka bantuan kemanusiaan pasca perang dunia II, yang mengkhususkan pada bantuan kemanusiaan anak-anak yang ada di dunia. Unicef didirikan oleh majelis umum PBB pada tanggal 11 Desember 1946 untuk membantu dan memberikan bantuan darurat dalam bentuk berupa makanan , obat-obatan , dan pakaian untuk anak-anak Eropa dan juga pada masa peperangan di Cina ,yang  menjadi korban perang.
        Awal terbentuknya Unicef dimulai ketika Perang Dunia II berakhir, PBB mulaimempromosikan perdamaian dunia. Banyak pemimpin PBB dari seluruh dunia khawatir tentang anak-anak di Eropa. Pada tahun 1946, para delegasi untuk PBB menyiapkan dana sementara yang disebut Dana Darurat PBB Internasional Anak (Unicef). Didirikan untuk membantu anak-anak semua bangsa, bukan hanya negara-negara yang memenangkan Perang Dunia II.
      Pada awalnya, para pemimpin Unicef berpikir itu yang paling penting untuk meningkatkan kesehatan anak-anak dan gizi. Unicef bekerja dengan para pemimpin, petani, dan kelompok amal untuk membantu peternakan menghasilkan lebih banyak susu di Eropa karena banyak peternakan hancur dalam perang. Pada tahun 1950, Unicef akan menutup diri karena kondisi di Eropa jauh lebih baik. Namun, beberapa pemimpin PBB protes karena mereka merasa pekerjaan UNICEF tidak dilakukan karena banyak anak di seluruh dunia sedang sekarat. Pada tahun 1953, PBB memutuskan untuk membuat UNICEF bagian permanen dari PBB. Mereka juga resmi berubah nama menjadi Dana Anak PBB.
           Unicef merupakan bagian dari PBB, yang bekerja untuk perdamaian dunia. Tujuan utama Unicef adalah untuk memastikan bahwa anak-anak di seluruh dunia mendapatkan perawatan dan pendidikan yang mereka butuhkan untuk tumbuh menjadi orang dewasa bahagia dan sehat. Unicef percaya bahwa anak membutuhkan jenis khusus perawatan dan kasih sayang. Jika anak-anak tidak menerima perawatan yang baik, maka akan dapat menyakiti mereka selamanya. Pasca Perang Dunia II, Majelis Umum dari suara PBB kembali membangun Darurat PBB Internasional Dana Anak (Unicef), sebuah organisasi untuk membantu memberikan bantuan dan dukungan untuk anak yang tinggal di negara yang hancur oleh perang.
            Setelah krisis pangan dan medis dari akhir 1940-an berlalu, Unicef terus melakukanperannya sebagai organisasi bantuan untuk anak-anak dari negara-negara bermasalah dan selama tahun 1970 tumbuh menjadi penganjur vokal tentang hak anak. Selama tahun 1980, Unicef membantu Komisi HAM PBB dalam penyusunan Konvensi Hak Anak. Setelah diperkenalkan kepada Majelis Umum PBB pada tahun 1989, Konvensi Hak Anak menjadi manusia yang paling banyak meratifikasi perjanjian hak dalam sejarah, dan Unicef memainkan peran penting dalam memastikan penegakannya.
           Dari 184 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, hanya dua negara telah gagal untuk meratifikasi perjanjian itu, yakni Somalia dan Amerika Serikat. Somalia saat ini tidak memiliki pemerintah yang diakui secara internasional, sehingga ratifikasi tidak mungkin, dan Amerika Serikat, yang merupakan salah satu penandatangan asli dari konvensi, telah gagal untuk meratifikasi perjanjian karena kekhawatiran tentang dampak potensial terhadap kedaulatan nasional dan hubungan antara orangtua dan anak.
         Dana Unicef telah dibuat untuk bekerja dengan orang lain untuk mengatasi kendala bahwa kemiskinan, kekerasan, penyakit dan diskriminasi terjadi di jalan anak. Pada tahun 1946 tantangan besar pertama Unicef adalah membantu anak-anak di Eropa yang hidupnya telah hancur akibat Perang Dunia II. Selama 65 tahun terakhir Unicef telah menjadi kekuatan pendorong di belakang visi dunia untuk semua anak. Unicef memiliki otoritas global untuk mempengaruhi para pengambil keputusan, dan bekerja dengan mitra di tingkat akar rumput untuk mengubah ide inovatif menjadi kenyataan.  Dari awal di Eropa pada tahun 1940-an Unicef saat ini bekerja di 190 negara melalui program negara dan Komite Nasional.

Peran Unicef dalam Organisasi Internasional
           
            Unicef memulai misinya pada tahun 1946 sebagai organisasi bantuan untuk anak-anak setelah Perang Dunia II. Mandatnya segera diperluas untuk membantu anak-anak yang hidupnya dalam bahaya di negara berkembang. Dalam kurun waktu 60 tahun, Unicef telah memiliki anggota lebih dari 7.000 orang di 157 negara dan teritori di seluruh dunia. Sembilan dari 10 anggota staf bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah dan mitra lain di seluruh dunia. Unicef telah mewujudkan hak-hak intrinsik anak untuk kualitas dasar kehidupan, para pemimpin dunia hak lebih lanjut didefinisikan dalam Konvensi Hak Anak. Unicef mendasarkan tindakannya pada up-to-date penelitian besar dan pengalaman tentang apa yang bekerja untuk membantu memberi anak-anak awal terbaik dalam hidup, untuk bertahan hidup dan berkembang terutama dalam keadaan darurat dan untuk pergi ke sekolah.
         Prioritas Unicef adalah penting untuk Pembangunan Kerja Unicef dapat dikelompokkan menjadi lima bidang strategis utama. Mereka semua saling terkait; kemajuan dalam ada orang yang mengarah ke kemajuan dalam yang lain. Bersama mereka membuat perbedaan bagi anak-anak dengan mendukung implementasi Deklarasi Millenium Summit dan pekerjaan di dunia menuju Tujuan. Mereka juga memastikan bahwa Unicef memberikan kontribusi efektif untuk mengurangi kemiskinan, melalui advokasi dan kemitraan yang menciptakan investasi berkelanjutan, pengembangan kelangsungan hidup anak-anak dan perlindungan.

1. Kelangsungan Hidup Anak dan Pembangunan
       Untuk mendukung Tujuan Milenium yakni mengurangi angka kematian anak  dan pengendalian malaria, antara lain Unicef bekerja terhadap perawatan kesehatan anak yang komprehensif pada awal tahun, termasuk periode antenatal sebelum kelahiran.
Menjelang membantu anak-anak muda bertahan dan memiliki masa depan yang sehat produktif, U
nicef dan advokasi memberikan dukungan keuangan dan teknis untuk pendidikan nasional dan berbasis masyarakat dan program intervensi pada perawatan kesehatan dan gizi. Bidang prioritas termasuk imunisasi, mencegah dan mengendalikan malaria, pengendalian dan mengobati penyakit diare dan pernapasan, pemberantasan cacing guinea dan mencegah anemia.
           Program kesehatan idealnya mencakup perawatan antenatal ibu hamil, dan perawatan neonatal dalam empat minggu pertama setelah kelahiran, termasuk mempromosikan pemberian ASI. Unicef juga berbagi advokasi, mobilisasi sosial, dan riset dalam peran pendukung untuk membantu lembaga-lembaga lain menyediakan kebidanan darurat.Membangun di atas komitmen selama puluhan tahun terhadap kesehatan, Unicefmenyediakan vaksin untuk 40 persen anak di negara berkembang, dan menyediakan dukungan teknis pada proses rumit . Jutaan terlindungi dari penyakit seperti campak, polio, difteri dan TBC dengan vaksin yang harganya rata-rata hanya 50 sen per anak. Program vaksinasi idealnya termasuk suplemen vitamin A dan zat gizi mikro yang meningkatkan kekebalan tubuh lebih lanjut dan membantu mencegah kekurangan gizi yang berhubungan dengan gangguan.
            Seiring dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UNICEF mendukung program lokal yang meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi, yang pada gilirannya penting bagi inisiatif kesehatan, pengembangan dan pendidikan.

2. Pendidikan Dasar dan Kesetaraan Gender
      Unicef bekerja sama dengan negara-negara donor dan badan PBB lainnya untuk mempromosikan, mendanai dan memfasilitasi kesetaraan pendidikan dasar universal dan gender. Ini termasuk meningkatkan kesiapan perkembangan anak-anak untuk sekolah, terutama untuk anak-anak dikeluarkan dan di antara kelompok yang kurang beruntung, melalui komunitas yang disponsori pendidikan anak dan inisiatif kesehatan.
          Dalam semua tahap proses ini, melalui program-program advokasi dan lokal, Unicefbekerja untuk mengurangi kesenjangan gender dan kesenjangan lain dalam akses, partisipasi dan penyelesaian sekolah dasar. Ini juga termasuk air , sanitasi dan peningkatan kebersihan di sekolah-sekolah untuk menciptakan lingkungan ramah anak untuk belajar. Menggunakan demonstrasi praktis dan advokasi berbasis bukti, Unicef berupaya membantu pemerintah pusat dan daerah dan kelompok meningkatkan kualitas pendidikan dan retensi. Unicef  juga memberikan perlengkapan sekolah dan tenda dalam keadaan darurat sebagai bagian dari Kembali ke Sekolah programnya, membantu anak-anak kembali ke lingkungan yang lebih normal aman dan melindungi hak mereka untuk pendidikan dasar.

3. HIV / AIDS dan Anak
        Krisis penyakit membawa kemiskinan dan kehancuran sosial bersama dengan kematian. Untuk mengatasi itu Unicef bekerja dengan negara-negara, organisasi nirlaba dan kelompok agama, organisasi pemuda dan mitra lain untuk mengatur sensitif gender pencegahan pendidikan, keterampilan dan kampanye layanan ditujukan terutama pada remaja. Unicefjuga bekerja melalui advokasi dan penjangkauan masyarakat untuk membantu pemerintah, masyarakat dan anak-anak dukungan keluarga yatim karena HIV / AIDS.
        Unicef juga mendukung program-program yang membantu mencegah ibu ke anak HIV / AIDS dan yang meningkatkan jumlah dan proporsi perempuan dan anak yang menerima obat antiretroviral.

4. Perlindungan Anak
       Untuk mendukung Millenium Bagian Deklarasi KTT 6, Unicef melindungi lingkunganrentan kemajuan pelindung untuk membantu mencegah dan menangani kekerasan, penyalahgunaan eksploitasi, dan diskriminasi, dan untuk anak-anak yang rentan akibat keadaan darurat. Fokus penelitian termasuk meningkatkan kesadaran pemerintah hak perlindungan anak dan analisis situasi, serta mempromosikan undang-undang yang menghukum pelaku eksploitasi anak.
    Bekerja melalui advokasi dan kantor lokal di seluruh dunia, Unicef membantu memperkuat sumber daya sekolah, masyarakat dan keluarga untuk merawat anak-anak terpinggirkan, termasuk yang yatim piatu karena HIV / AIDS.

5. Advokasi dan Kemitraan untuk Hak Anak
         Unicef membangun kemitraan pembangunan global dan juga pada penguatan kebijakan nasional dan daerah yang memenuhi hak-hak anak untuk bertahan hidup dan berkembang.Mengurangi kemiskinan anak adalah bagian penting dari pemenuhan hak-hak ini. Untuk itu, dan untuk mencapai tujuan MileniumUnicef mendorong investasi nasional dan global berkelanjutan yang memanfaatkan sumber daya dan hasil untuk anak-anak itu kesejahteraan, termasuk dalam situasi darurat. Bekerja dengan berbagai kemitraan termasuk pemerintah, badan-badan regional, dan kelompok swasta dan masyarakat sipil, Unicef memberikan masukan dan berpartisipasi dalam mengembangkan sektor-lebar pendekatan (swap), Rencana Strategi Penanggulangan Kemiskinan (PRSP) dan anggaran.
      Unicef merencanakan Cluster Survei Indikator Ganda (MICS) metode dalam pertengahan 1990-an. Alat yang murah dan efektif, MICS merupakan sumber data utama untuk memantau pemenuhan hak asasi manusia dan kemajuan menuju Tujuan. Unicef mempromosikan penggunaannya, kereta api dan membantu pemerintah dalam menerapkan metode, dan menyajikan data yang dikumpulkan. Unicef juga telah berinvestasi secara signifikan dalam pengembangan DevInfo, perangkat lunak untuk secara efektif menyimpan dan menyajikan data dalam tabel, grafik dan peta.        
      Selanjutnya, Unicef mendorong partisipasi aktif anak-anak dan kaum muda dalam pengambilan keputusan mengenai hal-hal tentang mereka sendiri kesejahteraan. Ini termasuk kegiatan dari advokasi untuk hak-hak anak atas kebebasan berpikir dan berekspresi, untuk membuat situs web bagi mereka untuk berbagi ide.




















Sejarah Singkat UNICEF di Indonesia

UNICEF membantu Indonesia pertama kali pada 1948. Saat itu terjadi situasi darurat yang memerlukan penanganan cepat akibat kekeringan hebat di Lombok. Kerjasama resmi antara UNICEF dan pemerintah Indonesia dijalin pertama kali pada 1950.
Sejak awal masa kemerdekaan, UNICEF tetap dianggap mitra Indonesia yang berkomitmen untuk memperbaiki hidup anak-anak dan wanita di seluruh nusantara. Prioritas awal UNICEF adalah memberikan pelayanan dan persediaan yang sangat diperlukan untuk memperbaiki kesehatan anak Indonesia dan keluarganya.Pada awal 1960an, UNICEF berkembang menjadi organisasi pembangunan yang lebih terkonsentrasi pada kesejahteraan anak daripada sekedar bantuan kemanusiaan. Pada 1962, UNICEF melaksanakan program gizi di 100 desa dari delapan propinsi.
Pada November 1966, Menteri Luar Negeri Adam Malik menandatangani perjanjian kerjasama UNICEF dan pemerintah Indonesia sesudah Indonesia bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Awalnya fokus kerjasama menitikbertakan kelangsungan hidup anak-anak. Baru kemudian fokus berkembang pada masalah-masalah lain yang menguntungkan kedua belah pihak. Selama 50 tahun, UNICEF memainkan peranan penting dalam membantu pemerintah memajukan hidup anak-anak dan wanita. Sekarang UNICEF berkarya di 12 kantor wilayah untuk membantu melaksanakan program di 15 propinsi yang mencakup lebih dari  20 juta orang Indonesia.
Bersama dengan mitra-mitranya UNICEF berhasil membantu mengembangkan dan melobi adopsi Undang-undang Perlindungan Anak 2002. Undang-undang ini akan menjadi landasan  hukum bagi perlindungan hak anak.
Indonesia dan UNICEF menandatangani perjanjian kerjasama baru untuk Rencana Pembangunan Lima Tahun 2006-2010 yang terfokus pada enam program: Pendidikan, Kesehatan, Air dan Sanitasi, Memerangi HIV dan AIDs, Perlindungan Anak dan Keadaan Darurat. Kerjasama untuk tahun 2010 ditandatangi pada tanggal 12 Januari 2010.
 










Tujuan dan Sasaran Unicef di Indonesia
          
Secara garis besar Unicef memiliki tujuan yang berfokus pada anak-anak. Yang dimana badan inter-pemerintah ini diberi wewenang oleh pemerintah dunia memberikan, mempromosikan dan melindungi hidup dan hak-hak anak. Organisasi kemasyarakatan, termasuk mitra lembaga swadaya masyarakat (LSM) berperan serta dalam tugas-tugas Unicef di Indonesia dan di 190 negara dimana Unicef bekerja. Selain itu Unicef dapat dijadikan pola hubungan kerjasama yang mengkaitkan lembaga-lembaga diindonesia dengan berbagai lembaga-lembaga didunia yang memiliki tujuan untuk memelihara dan melindungi anak-anak serta hak-haknya.

Tujuan Unicef ini merupakan bagian dari isi tujuan PBB, yang meliputi sebagai berikut :
a.    Memelihara perdamaian dan keamanan internasional
b.    Mengembangkan hubungan persaudaran antar bangsa
c.  Bekerjasama secara internasional untuk memecahkan persoalan ekonomi internasional , social , kebudayaan , dan kemanusiaan serta untuk memajukan rasa hormat untuk hak-hak manusia dan kemerdekaan-kemerdekaan asasi.
d.  Untuk menjadi pusat bagi tindakan-tindakan bangsa-bangsa dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama.
        
Setiap organisasi memiliki sasaran hasil yang ingin dicapai untuk memenuhi tujuannya.

Ada 3 hal yang menjadi sasaran Unicef sebagai sebuah organisasi Internasional antara lain:
1. Menumbuhkan kepercayaan anak-anak terhadap kepedulian Negara.
2. Membantu kaum muda untuk membangun sebuah dunia dimana semua anak-anak hidup secara terhormat dan memperoleh keamanan.
3. Menciptakan dunia yang cocok untuk anak-anak.

            Setiap poin-poin penting sasaran Unicef ini berfungsi untuk membantu pembangunan suatu Negara yang berkembang. Dengan kaitan hubungan, bahwasanya suatu Negara dapat tumbuh dan berkembang apabila taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat termasuk anak-anak mendapat perhatian yang baik.






Kegiatan UNICEF di Indonesia
A.    Kesehatan & Gizi

Memperbaharui kembali janji kami kepada kelangsungan hidup dan perkembangan ibu dan anak.

© UNICEFIndonesia/2004/Estey
Sejak 1990, angka kematian tahunan di kalangan ibu dan anak balita di Indonesia telah menurun setengahnya berkat perbaikan kebijakan dan undang-undang kesehatan, pembaharuan fokus pada upaya menurunkan malnutrisi, peningkatan cakupan pelayanan utama kesehatan ibu dan anak, serta pengendalian penyakit-penyakit pada masa kanak-kanak. Meskipun begitu, diperkirakan masih ada 150.000 anak yang meninggal di sini sebelum mencapai usia lima tahun, dan hampir 10.000 ibu kehilangan nyawa mereka disebabkan permasalahan dengan kehamilan dan persalinan mereka. Oleh karena itu, kami memperbaharui kembali janji kami kepada anak dan perempuan untuk menjaga kesehatan dan perkembangan mereka.
UNICEF bekerja untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan dasar, dengan fokus utama pada masyarakat yang kurang terlayani. Kami juga bekerja dengan mitra pemerintah untuk mengidentifikasi kesenjangan yang perlu segera diatasi dalam keterampilan teknis, menyediakan bimbingan dalam mengalokasikan sumber daya yang lebih baik, membantu mengumpulkan dan menganalisis data-data yang penting dalam membantu dalam membuat prioritas penanganan, dan menyediakan bantuan teknis yang dapat meningkatkan efektivitas program kesehatan dan gizi. Kami mendukung pelatihan pekerja kesehatan, seperti bidan, untuk meningkatkan keterampilan praktis dan pengetahuan utama dari praktek kebiasaan yang baik yang bisa disebarluaskan ke masyarakat tempat mereka bekerja. Kami mendukung prakarsa yang membantu keluarga dalam mengumpulkan informasi yang lebih baik dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai cara-cara yang dapat meningkatkan taraf kesehatan mereka – seperti panduan dalam pemberian ASI eksklusif, gizi yang baik untuk ibu dan anak, manfaat cuci tangan terhadap kesehatan dan pentingnya vaksinasi lengkap untuk anak.
UNICEF juga melakukan kampanye untuk memastikan bahwa peraturan dan undang-undang di Indonesia sesuai dengan standar internasional, sehingga setiap anak Indonesia bisa memanfaatkan perawatan kesehatan dengan kualitas yang sebaik-baiknya, lepas dari di mana mereka tinggal, atau status ekonomi mereka. Program dan kegiatan kami dalam bidang kesehatan dan gizi merambah ke bidang-bidang lain seperti air, sanitasi dan kebersihan, dan pendidikan, maupun mengurangi risiko penyebaran HIV/AIDS di kalangan kaum muda dan ibu hamil.
B.     Pendidikan

Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat besar dalam memastikan anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar mendapatkan pendidikan – sekitar 97 persen dari anak-anak berusia 7 sampai 12 tahun di seluruh negeri dapat bersekolah.
Namun, sebanyak 2,5 juta anak Indonesia yang seharusnya bersekolah tidak dapat menikmati pendidikan: 600.000 anak usia sekolah dasar dan 1.9 juta anak usia sekolah menengah pertama (13-15 tahun).
Data statistik tingkat provinsi dan kabupaten menunjukkan bahwa terdapat kelompok anak-anak tertentu yang terkena dampak paling parah. Hampir setengah dari anak-anak yang berasal dari keluarga miskin tidak mampu melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama – anak-anak yang berasal dari rumah tangga termiskin memiliki kemungkinan putus sekolah 4 kali lebih besar daripada mereka yang berasal dari rumah tangga berkecukupan. Hampir 3 persen dari anak-anak usia sekolah dasar di desa tidak bersekolah, dibandingkan dengan hanya lebih dari 1 persen di daerah perkotaan.
Dari mereka yang belajar di bangku sekolah dasar, hampir 1 dari 5 anak tidak dapat melanjutkan ke sekolah menengah pertama, dibandingkan 1 dari 10 anak di daerah perkotaan.
Hampir setengah dari anak-anak yang berasal dari keluarga miskin tidak mampu melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama
Kemungkinan putus sekolah adalah 20 kali lebih tinggi untuk anak-anak yang ibunya tidak memiliki pendidikan daripada mereka yang memiliki ibu dengan pendidikan tinggi. Jika ini terbukti sebagai fenomena yang terjadi terus-menerus maka akan berdampak besar bagi pertumbuhan jangka panjang Indonesia, jika kurangnya pendidikan berlanjut dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Upaya memahami dan menanggapi ketimpangan ini menjadi pusat dari kegiatan dan program UNICEF dalam bidang pendidikan, yang meliputi:
  • Memperkuat pengumpulan data mengenai situasi anak-anak di sekolah, dan di luar sekolah, melalui sistem informasi yang bersumber dari masyarakat.

  • Menilai alasan-alasan mengapa banyak anak usia dini tidak berpartisipasi dalam perkembangan awal masa kanak-kanak, yang membatasi keberhasilan mereka dalam mengikuti dan menyelesaikan pendidikan dasar dan hambatan dalam pendaftaran dan penyelesaian pendidikan sekolah dasar.

  • Memperbaiki keterampilan kepala sekolah, pengawas, dan aparat pendidikan untuk mengelola dan menyampaikan pendidikan berkualitas utama yang menjangkau semua anak-anak.

  • Melibatkan komunitas dan masyarakat sipil setempat dalam menyampaikan pelayanan pendidikan yang berkualitas lebih baik bagi anak-anak yang terpinggirkan, seperti contoh melalui perbaikan manajemen berbasis sekolah.





C.     Perlindungan Anak

Sekilas - Perlindungan Anak

© UNICEF Indonesia_3_141203_Josh Estey
UNICEF bekerja untuk mendukung secara khusus anak-anak yang paling rentan.
Setiap anak Indonesia memiliki hak untuk dilindungi dari bahaya, pelecehan, dan eksploitasi.
UNICEF bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk membantu mengidentifikasi risiko yang mengancam anak-anak – seperti kekerasan dan diskriminasi – dan kelemahan-kelemahan pada bidang seperti peradilan anak dan kesejahteraan masyarakat. Bantuan teknis diberikan untuk kementrian-kementrian utama dan lembaga-lembaga yang menangani isu-isu perlindungan anak untuk memperkuat kapasitas dan kebijakan – misalnya dengan mendukung Pemerintah Indonesia, Komisi Nasional Perlindungan Anak, parlemen, serta lembaga-lembaga penegak hukum untuk memperkuat perencanaan dan implementasi dari undang-undang peradilan anak, dan melalui dukungan pada lembaga-lembaga sosial untuk memperbaiki keterampilan dan pemahaman seluruh pekerja sosial di seluruh pelosok tanah air untuk pemberian bantuan yang lebih baik bagi keluarga rentan.
UNICEF bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk membantu mengidentifikasi risikoyang mengancam
UNICEF juga bermitra dengan lembaga akademik ternama dari dalam dan luar negeri untuk membantu meningkatkan penelitian dan data akurat mengenai isu-isu perlindungan anak, dan menyediakan bimbingan bagi pemerintah tentang bagaimana memaksimalkan dampak penggunaan sumber daya finansial dalam menciptakan struktur dan pelayanan perlindungan anak yang efektif dan menjangkau keluarga yang paling rentan - di mana tingkat ancaman terhadap keamanan dan kesejahteraan anak sering menjadi yang tertinggi.
Peningkatan kesadaran masyarakat serta pemahaman mengenai isu-isu berkelanjutan seperti kekerasan dalam sekolah dilaksanakan melalui dukungan terhadap prakarsa perubahan perilaku, dengan menyatukan berbagai pihak masyarakat untuk mengambil tindakan melawan pelecehan-pelecehan tersebut.
Anak-anak sering menghadapi risiko besar dalam keadaan darurat – dan melihat kerentanan Indonesia terhadap bencana alam yang tinggi, UNICEF turut bekerja sama dengan lembaga atau instansi tanggap dan siaga bencana / kedaruratan untuk memastikan bahwa isu-isu perlindungan cukup mendapat perhatian di dalam kebijakan dan rencana mereka.

D.    Mengurangi Risiko HIV dan Melindungi Mereka yang Telah Terjangkit



© UNICEFIndonesia/2004/Estey
Sementara data-data resmi mengindikasikan bahwa tingkat prevalensi HIV di Indonesia adalah 0,2 persen, Papua dan Papua Barat melaporkan bahwa prevalensi di kalangan orang dewasa di sana adalah 2,4 persen, dan kalangan muda di propinsi ini (usia 15-24 tahun) terkena dampak secara tidak proporsional, dengan angka prevalensi 3.0 persen. Risiko tertinggi penularan HIV diketahui berasal dari perilaku — termasuk penggunaan jarum suntik (penasun) dan seks yang tidak terlindungi — dan dari ibu yang terjangkit ke anak mereka dan selama persalinan. Jumlah perempuan yang terinfeksi saat ini cenderung meningkat HIV di Indonesia, membuat kemungkinan penularan seperti itu bahkan semakin besar.
UNICEF bekerja dengan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Kementerian Kesehatan, dinas pendidikan dan kesehatan di daerah, serta masyarakat dan jaringan-jaringan pemuda untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang risiko HIV dan bagaimana warga dapat melindungi diri sendiri. UNICEF bekerja untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang risiko HIV dan bagaimana warga dapat melindungi diri sendiri
Program dan kegiatan UNICEF ini termasuk menyediakan informasi yang akurat bagi guru dan siswa, mengaitkan pendidikan HIV dengan kegiatan-kegiatan remaja lainnya seperti Olah Raga, dan mendukung aktivis pemuda untuk melakukan pendidikan sebaya di dalam komunitasnya. Kami juga mendukung upaya-upaya untuk mengurangi stigma yang terkait dengan mereka yang hidup dengan virus HIV, untuk memastikan bahwa mereka yang terkena imbas — mereka yang dengan virus dan keluarga — tidak dikenai tindakan diskriminasi. Program dan kegiatan ini dikaitkan secara erat dengan dukungan pendidikan keterampilan hidup di kalangan pemuda/ remaja, yang mendorong toleransi dan pamahaman.
UNICEF juga bekerja untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak dengan memperkuat kapasitas berbagai penyedia pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan tes dan konseling yang proaktif, mengintegrasikan pelayanan ini dengan program-program kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak khususnya di kabupaten yang tingkat prevalensinya tinggi. Kami juga bekerja dengan pemerintah daerah dan mitra untuk mendukung kegiatan pencegahan infeksi HIV di kalangan perempuan usia subur dan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan perempuan yang hidup dengan HIV.

E.     Air, Sanitasi & Kebersihan

© UNICEF Indonesia/2007/Purnomo
Bagian-bagian utama dari kegiatan dan program UNICEF di Indonesia mencakup penanganan kualitas air yang tidak memadai, cakupan sanitasi yang rendah dan kebersihan yang kurang. Bidang itu menjadi tantangan-tantangan karena memiliki dampak pada kesehatan, gizi, pencapaian pendidikan anak dan keluarga. Kami mendukung prakarsa yang memungkinkan masyarakat untuk memainkan peran penting dalam mengembangkan dan mengelola ‘sanitasi total berbasis masyarakat’ yakni ketika lima pilar utama sanitasi ditangani dan dicermati secara memadai: penghentian buang air besar secara sembarangan, promosi cuci tangan pakai sabun, peningkatan pengolahan air rumah tangga, pengelolaan sampah padat dan pengelolaan limbah cair dan saluran pembuangan secara tepat.
Bagian utama dari kegiatan UNICEF di Indonesia adalah penanganan cakupan sanitasi yang rendah dan kebersihan yang kurang

UNICEF bekerja dengan pemerintah daerah dan komunitas setempat untuk mengembangkan model praktek terbaik untuk program sanitasi masyarakat, berbagi keahlian dan mengembangkan kapasitas untuk melaksanakan lima pilar dan kemudian membantu masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan pengalaman mereka dan menyebarluaskan pengalaman tersebut dengan masyarakat lainnya.
UNICEF juga memberikan bantuan teknis kepada pemerintah untuk mengembangkan kebijakan air dan sanitasi yang lebih baik di daerah perkotaan, di mana jumlah penduduk yang meningkat dan sumber daya pemerintah yang semakin terbagi membuat tertekannya penempatan sumber daya pada sarana dan prasarana.
Mengetahui bahwa anak dapat berperan sangat efektif dalam mengubah perilaku masyarakat mereka yang lebih luas, kami juga mendukung prakarsa kebersihan dan sanitasi berbasis sekolah melalui pemberian panduan tentang bagaimana meningkatkan fasilitas dan sarana sanitasi di sekolah, dan mengembangkan serta melaksanakan promosi kebersihan yang efektif di kelas-kelas. Ini tidak hanya membantu mempromosikan kebersihan yang baik dan arti penting sanitasi yang tepat di suatu komunitas, namun juga meningkatkan lingkungan fisik pembelajaran sehingga anak didorong untuk bersekolah dan berprestasi lebih baik di sekolah.





UNICEF meningkatkan respon bantuan untuk korban banjir

Lebih dari 250.000 orang terkena dampak banjir yang disebabkan oleh hujan lebat selama berhari-hari di Jakarta. Meskipun sebagian orang telah mendapatkan tempat perlindungan melalui teman dan kerabat, banyak yang harus tinggal di tempat penampungan sementara. Sebagai akibat dari keadaan darurat ini, anak-anak menjadi rentan terhadap penyakit dan banyak yang tidak dapat bersekolah.

K         ampung Melayu, Bukit Duri, adalah salah satu daerah yang terkena dampak banjir terburuk di Jakarta. Rumah-rumah yang terletak di sekitar Sungai Ciliwung tergenang air hingga 3,5 meter. "Hujan terus turun, dan permukaan air secara bertahap meningkat hingga keluarga kami harus mengungsi. Rumah kami hanya satu lantai, jadi harus kami tinggalkan", ucap Rachmawati, salah seorang ketua RT di RW 09 Kampung Melayu. "Ketika banjir makin parah, semakin banyak orangdiungsikan ke kantor kelurahan yang sekarang menjadi tempat penampungan sementara" tambahnya. Meskipun air telah surut, banjir telah merusak sebagian besar rumah-rumah di daerah tersebut.


Sehabis banjir, banyak sampah dan sisa barang yang terbawa air berserakan di jalanan sekitar Bukit Duri. ©UNICEF Indonesia / 2013 / Estey.
Situasi ini ditanggapi dengan segera oleh UNICEF. "UNICEF meningkatkan respon bantuan untuk ratusan ribu warga Jakarta yangmenjadi korban banjir" kata Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia, Angela Kearney. "Banyak dari mereka adalah anak-anak, yang sangat rentan terhadap penyakit. Mereka membutuhkan air bersih, obat-obatan, makanan dan tempat tinggal - dan mereka perlu kembali ke sekolah" tambahnya. Untuk mengetahui situasi tersebut secara langsung, UNICEF dan mitra-mitranya mengunjungi daerah Kampung Melayu, Bukit Duri. Pada hari-hari pertama banjir, seluruh daerah terendam banjir. Kini para warga telah kembali dari pengungsian, meskipun masih banyak genangan air di sekeliling daerah ini.
Lumpur, air kotor dan tumpukan sampah memenuhi lantaikoridor SD dan SMP Perguruan Rakyat yang terletak hanya beberapa ratus meter dari sungai Ciliwung. Sekolah ini adalah salah satu sekolah yang terkena dampak banjir, dan merupakan tempat belajar bagi hampir 500 siswa. Hujan yang turun selama berhari-hari menyebabkan air sungai meluap dan sekolah tersebut dan lingkungan sekitarnya terendam dengan air dan lumpur hingga ketinggian tiga meter.
Saat UNICEF mengunjungi sekolah itu, terlihat beberapa kelompok siswa dan guru bergotong royong membersihkan lantai dan furnitur sekolah. Beberapa hari yang lalu air masih menggenangi sekolah mereka hingga ke atap. Sekelompok anak-anak muda terlihat membantu di ruang kelas. "Kami datang ke sini untuk membantu; rumah kami juga banjir, tapi sekolah lebih penting, supaya kita bisa cepat kembali ke kelas, dan yang paling penting bermain (sepak bola) dengan teman-teman", kata Ali, salah satu siswa yang turut membantu bersih-bersih.


Anak-anak sangat rentan pada saat banjir, dan diperkirakan sekitar 83.000 dari mereka terkena dampak banjir. ©UNICEF Indonesia / 2013 / Estey.
Setelah memberikan UNICEF tur sekeliling sekolah, Ali menambahkan, "Sekolah kena banjir hampir setiap tahun, dan begitu juga rumah saya." Sekolah Ali adalah salah satu sekolah yang terkena dampak terburuk di wilayah ini. Air kotor dan lumpur merusak pompa air dan toilet, dan sebagian besar meja dan kursi kelas telah hancur atau tidak dapat digunakan. Ali sekarang menghabiskan hari-harinya menunggu air surut agar ia bisa kembali ke sekolah.
UNICEF telah bekerja sama dengan pemerintah dan mitra-mitra LSM untuk mengkaji kebutuhan kemanusiaan di wilayah-wilayah yang terkena dampak banjir, untuk memberikan bantuan darurat secara langsung. UNICEF dan mitra penerapnya – Oxfam dan PBA – dengan cepat mengkaji keluarga yang terkena dampak di daerah Kampung Melayu, Bukit Duri, salah satu wilayah yang terdampak paling parah di mana ribuan rumah tangga terpengaruh oleh banjir.
Untuk membantu mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air, UNICEF mendistribusikan kebutuhan untuk sanitasi, seperti ember, sabun, jerigen, dan paket kebersihan keluarga. Paket kebersihan UNICEF menyediakan pasokan seperti sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi, sikat gigi, kain sarung, dan handuk. Penyediaan pasokan darurat dari UNICEF ke daerah-daerah ini terus berlanjut, dan upaya untuk meminimalkan kerugian bagi anak-anak dan wanita adalah prioritas utama.
Pada saat yang sama, UNICEF dan mitra-mitranya juga menyebarkan pesan-pesan kesehatan dan kebersihan untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui air dan vektor, melalui berbagai medium - termasuk dari mulut ke mulut, radio, poster, leaflet, brosur, dan spanduk.

Malaria adalah cerita lama

© UNICEF/2011/Estey
UNICEF mendukung pemusnahan parasit terakhir di Sabang, Aceh
“Dua puluh tahun lalu, penduduk desa di sini menderita karena malaria. Sebagian besar tetangga saya mengalami demam dan sakit kepala, mereka muntah-muntah, bahkan ada yang pingsan. Ketika mereka pergi ke Puskesmas, mereka dibilang sakit malaria. Saya juga mengalami hal yang sama. Saya sudah berkali-kali sakit malaria. Namun sekarang sudah berubah. Saya sudah tidak lagi sakit. Saya juga sudah jarang dengar ada tetangga yang sakit malaria.” Ibu Syamani, 50 tahun, seorang nenek dari 5 cucu dan 8 anak, menceritakan situasi malaria di desanya.
Sementara Ibu Syamani berbicara, petugas relawan, Ibu Hamun, 27 tahun, mengambil darah dari jarinya untuk dites malaria. Sejak tahun 2010, dengan dukungan UNICEF, pemerintah daerah Sabang melaksanakan tes darah 2 kali setahun, di musim kemarau dan dan hujan, di desa-desa yang diidentifikasi sebagai daerah berisiko malaria. Termasuk desa kecil Ateuh, bagian dari Desa Batee Shok.
“Waktu itu saya diberitahu oleh kepala desa dan Ibu Hanum, bahwa semua penduduk desa harus diperiksa darahnya untuk malaria. Tes darah ini untuk mencari parasit malaria di darah saya. Jika petugas kesehatan menemukan parasit malaria, mereka akan memberi obat. Saya senang, saat tes darah terakhir, darah saya negatif malaria. Namun saya dengar dari beberapa tetangga, masih ada yang positif malaria”, tambah ibu Syamani.
Daftar penduduk sudah di tangan Ibu Hanum, petugas relawan malaria, yang kemudian mengunjungi penduduk satu persatu sesuai jadwal untuk memastikan tidak ada yang terlewat. Saat berkunjung, pengambilan darah dilakukan. Kemudian sampel darah tersebut dikirim ke Puskesmas untuk dicek apakah sudah akurat. Setelah itu sampel darah dibawa ke Kantor Dinas Kesehatan Sabang, untuk diperiksa dan dianalisa. Sampel darah kering dibawa ke Kantor Laboratorium Kesehatan Aceh, untuk identifikasi molekul. Hasil tes darah di Kantor Dinas Kesehatan Sabang, segera disampaikan ke Puskesmas dan petugas sukarelawan, untuk kemudian disampaikan ke penduduk. Jika ada yang positif sakit malaria, maka petugas relawan akan berkolaborasi dengan Puskesmas untuk memberikan obat anti malaria.
“Saya tahu bahwa segala kegiatan yang sudah dilakukan pemerintah selama ini merupakan upaya untuk mencapai penghapusan malaria di tahun 2013. Pesan ini berulang kali disampaikan ke semua penduduk dan saya setuju bahwa partisipasi masyarakat sangat penting. Semua anggota keluarga saya aktif melakukan tes darah dan juga mengijinkan rumah kami disemprot. Kami juga tidur dalam kelambu berinsektisida. Kami tidak lagi sakit malaria dan kami berharap pemerintah juga memberikan perhatian yang sama untuk penyakit lainnya,” kata Ibu Syamani.
Laporan Unicef di Indonesia Tahun 2012


Pesan dari Perwakilan UNICEF
Perkenankan saya menyampaikan laporan tahunan kami untuk tahun 2012 dan memberitahu Anda bagaimana kamimenggunakan dana kami untuk membuat perbedaan yang nyata dalam kehidupan anak-anak di Indonesia. Tahun ini merupakan kelanjutan dari perjalanan kami untuk membantu anak yang paling rentan, bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia, organisasi lain, dan – yang paling penting – dengan Anda, donor kami dan pendukung kami.
Indonesia terus menunjukkan kemajuan yang pesat untuk mengangkat populasinya yang besar keluar dari kemiskinan dan menyampaikan hasil kemajuan itu bagi seluruh warga negara. Namun demikian, jutaan anak dan kaum perempuan masih jauh tertinggal di peningkatan status negara menjadi negara berpenghasilan menengah dan masih banyak yang harus dikerjakan.
Misalnya, Indonesia masih memiliki jumlah orang tertinggi kedua yang buang air besar di tempat terbuka karena mereka tidak memiliki jamban yang memadai. Indonesia adalah negara ketiga terbesar dalam jumlah anak yang belum diimunisasi dan kelima terbesar dalam jumlah anak yang menderita hambatan pertumbuhan, yang sangat berdampak pada kemampuan mereka untuk mengembangkan potensi fisik dan mental mereka secara penuh. Apakah seorang anak akan hidup atau meninggal, bersekolah atau dilindungi dari penyalahgunaan banyak tergantung dari dimana mereka tinggal, seberapa miskin keluarga mereka dan bahkan apakah ia laki-laki atau perempuan.
UNICEF berkomitmen untuk memperkecil kesenjangan antara mereka yang telah menikmati hasil kemajuan dan mereka yang masih terpinggirkan. Kami melakukan ini dengan bekerja sama dengan pemerintah dan pihak-pihak lain untuk lebih memahami situasi anak-anak di Indonesia; melakukan advokasi untuk kebijakan, undang-undang dan program yang lebih baik yang dapat meningkatkan hak-hak anak di Indonesia; memperkenalkan inovasi yang dapat mengatasi tantangantantangan yang mempengaruhi kehidupan anak; membantu meningkatkan kualitas pelayanan sosial bagi anak; bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menjangkau pihak-pihak yang belum terjangkau, dan menciptakan ruang bagi anak-anak dan remaja dimana mereka bisa mengungkapkan keprihatinan mereka dan berpartisipasi dalam menangani isu-isu yang mempengaruhi mereka.
Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia, mitra kami dan terutama Anda, donor kamiatas pekerjaan dan dukungan tanpa lelah yang kami terima. Anak-anak sangat penting karena mereka adalah masa depandari dunia yang kita impikan.
Angela KearneyPerwakilan
UNICEF di Indonesia
Apa yang Kami Lakukan
BEKERJA UNTUK MEMPERKECIL KESENJANGAN UNTUK ANAK-ANAK
INDONESIA


UNICEF telah mendukung anak-anak dankaum perempuan di Indonesia sejak tahunn1948, ketika pulau Lombok dilanda kemarau panjang dan UNICEF membantu mencegah kelaparan. Saat ini UNICEF bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan mitranya untuk menangani tantangan utama lainnya bagi anak-anak dan perempuan – yaitu meningkatnya ketidaksetaraan dalam akses pada pelayanan sosial dan luaran dalam kesehatan, gizi, pendidikan dan perlindungan anak dalam konteks negara berpenghasilan menengah.

Melalui lima bidang pekerjaannya, program UNICEF untuk tahun 2011-2015 fokus untuk memperkecil ketidaksetaraan untuk anak-anak Indonesia. UNICEF sekarang bekerja dengan para pembuatan keputusan untuk memastikan bahwa keputusan-keputusan politik, sosial, dan ekonomi yang tepat dibuat dan untuk melakukan advokasi untuk kebijakan, anggaran dan program yang dilakukan demi anak-anak dan perempuan yang paling tidak beruntung.

Strategi utama untuk mencapai ini melibatkan advokasi untuk hak-hak anak, peningkatan kapasitas sistem dan institusi pemerintah, peningkatan praktek-praktek terbaik dan kesiapan dan tanggap darurat. Di samping bekerja di tingkat nasional, dukungan diberikan kepada program-program pemerintah di 14 propinsi yang memiliki statistik anak dan perempuan terburuk (lihat peta di samping). Di propinsi-propinsi ini terdapat 165,5 juta penduduk, yang 52 juta di antaranya adalah anak-anak.











Hasil Pekerjaan Kami
KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERKEMBANGAN ANAK

• Memprioritaskan gizi anak
Gizi buruk, terutama pertumbuhan yang terhambat, merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Untuk mengatasi tantangan itu, UNICEF mendukung sejumlah inisiatif di tahun 2012 untuk menciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi. Ini meliputi peluncuran Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN) dan mendukung pengembangan regulasi tentang pemberian ASI eksklusif, rencana nasional untuk mengendalikan gangguan kekurangan iodine, panduan tentang pencegahan dan pengendalian parasit intestinal dan panduan tentang suplementasi multi-nutrient perempuan dan anak di Klaten, Jawa Tengah. Manajemen masyarakat tentang gizi buruk akut dan pemberian makan bayi dan anak menjelma menjadi sebuah paket holistic untuk menangani gizi buruk, sementara pengendalian gizi anak dan malaria ditangani bersama untuk mencegah pertumbuhan yang terhambat (stunting).

• Menjangkau anak dan perempuan dengan
pelayanan kesehatan berdampak besar
Di samping gizi, intervensi kesehatan berdampak besar lainnya didukung secara nasional dan berdasar. Dengan dukungan dari UNICEF, Cluster Island Approach, yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan ibu dan anak di semua kelompok di pulau-pulau terpencil, dijadikan model di Maluku Tengah Barat. Inisiatif tersebut dikembangkan ke 11 kabupaten di propinsi Maluku. Rumah tunggu ibu untuk ibu hamil yang beresiko juga dimasukkan dalam inisiatif tersebut.

Kemajuan juga dilakukan dalam manajemen kasus masyarakat (Community Case Management – CCM) dari penyakit anak yang besar di Papua, dimana CCM direplikasi melalui program Flying Health Care di delapan kabupaten, dan secara nasional melalui pengembangan manajemen terpadu berbasis masyarakat nasional untuk panduan penyakit anak, menggunakan pelajaran yang dipetik di lapangan.

Juga penting untuk menyelamatkan jiwa anak adalah dengan memastikan bahwa keluarga memiliki akses pada pelayanan imunisasi yang berkualitas. Di tahun 2012, UNICEF bermitra dengan pemerintah dan pihak lain untuk melakukan kajian dan penilaian untuk menelaah Program Imunisasi Indonesia, melalui mana anak balita divaksinasi dari penyakit anak yang bisa dicegah seperti campak. Ini antara lain meliputi telaah dan penilaian program campak dari pelayanan vaknisasi yang tengah berlangsung. Temuan dari kajian ini telah membantu mengembangkan strategi yang lebih baik tentang bagaimana memberikan vaksin, Vitamin A dan pelayanan lain di daerah terpencil yang sulit dijangkau.

Pemerintah, dengan dukungan dari UNICEF, terus melakukan penghapusan rintangan untuk pencegahan malaria dan pelayanan kontrol di kabupaten-kabupaten yang tinggi endeminya di Indonesia bagian timur,ada tantangan akses geografis dan kualitas layanan. Sebaliknya, di Indonesia bagian barat, terutama di Aceh, UNICEF bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk menghapuskan bahaya malaria dengan memusnahkan parasit itu sendiri. Dalam hal ini, UNICEF memfasilitasi kerjasama dengan masyarakat, sector swasta (terutama pariwisata), dan fasilitas kesehatan publik untuk membangun sebuah sistem surveilans yang cepat dan efektif untuk memusnahkan parasit malaria secara menyeluruh.

• Menyediakan dasar-dasar kehidupan
Tanpa air bersih, sanitasi dan kebersihan yang layak, seluruh intervensi dukungan UNICEF di bidang kesehatan, gizi, dan pendidikan akan sia-sia. Di tahun 2012, UNICEF membantu 19 dari 25 kabupaten miskin di Indonesia timur, untuk mencapai target MDG untuk air bersih dan sanitasi. Pemerintah daerah telah meningkatkan model air di pedesaan, sanitasi, dan kebersihan (WASH) yang didemonstrasikan oleh UNICEF di bawah program nasional seperti Community Led Total Sanitation (CLTS), sebuah inisiatif yang melibatkan masyarakat untuk mencapai sanitasi yang memadai bagi semua orang di tingkat desa atau kabupaten. Otoritas kabupaten di 25 kabupaten itu mengembangkan rencana strategis WASH dan anggaran setelah mendapatkan advokasi dan bantuan teknis dari UNICEF. Rencana ini disetujui oleh otoritas propinsi dan sedang dilaksanakan. Pekerjaan juga sudah dimulai untuk meningkatkan sebuah model untuk meningkatkan akses pada air bersih dan sanitasi memadai di daerah kumuh di perkotaan. Sebagai akibat dari advokasi intensif yang dilakukan oleh UNICEF dan para

Capaian utama di tahun 2012 adalah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar