Jenis
|
Dana
|
Akronim
|
UNICEF
|
Ketua
|
|
Status
|
Aktif
|
Didirikan
|
11
Desember 1946
|
Kantor pusat
|
New York,
USA
|
Situs web
|
|
Induk
|
|
|
|
United Nations Children's Fund
United Nations Children's Fund (UNICEF) atau Badan PBB untuk anak-anak didirikan
oleh Majelis Umum PBB pada 11 Desember 1946. Bermarkas besar di Kota New York, UNICEF memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan
jangka panjang kepada anak-anak dan ibunya di negara-negara
berkembang. UNICEF merupakan
agensi yang didanai secara sukarela, oleh karena itu agensi ini bergantung pada
sumbangan dari pemerintah dan pribadi. Program-programnya menekankan
pengembangan pelayanan masyarakat untuk mempromosikan kesehatan dan
kesejahteraan anak-anak. UNICEF mendapatkan Penghargaan Perdamaian Nobel pada 1965. Klub Spanyol FC Barcelona mendukung UNICEF dengan memasang logo badan PBB itu
pada seragam para pemainnya tanpa imbalan finansial.
Sejarah Unicef
Unicef
adalah sebuah organisasi internasional dibawah naungan PBB (Perserikatan
Bangsa-bangsa) yang bergerak di bidang kesehatan dan gizi, air dan kebersihan
lingkungan, perlindungan, serta pendidikan dan HIV/AIDS, dalam rangka bantuan
kemanusiaan pasca perang dunia II, yang mengkhususkan pada bantuan kemanusiaan
anak-anak yang ada di dunia. Unicef didirikan oleh majelis umum PBB pada
tanggal 11 Desember 1946 untuk membantu dan memberikan bantuan darurat dalam
bentuk berupa makanan , obat-obatan , dan pakaian untuk anak-anak Eropa dan
juga pada masa peperangan di Cina ,yang menjadi korban perang.
Awal terbentuknya Unicef dimulai ketika
Perang Dunia II berakhir, PBB mulaimempromosikan perdamaian dunia. Banyak pemimpin PBB dari
seluruh dunia khawatir tentang anak-anak di Eropa. Pada tahun 1946, para
delegasi untuk PBB menyiapkan dana sementara yang disebut Dana Darurat PBB
Internasional Anak (Unicef).
Didirikan untuk membantu anak-anak semua bangsa, bukan hanya negara-negara yang
memenangkan Perang Dunia II.
Pada awalnya, para pemimpin Unicef berpikir itu yang paling penting untuk meningkatkan
kesehatan anak-anak dan gizi. Unicef bekerja
dengan para pemimpin, petani, dan kelompok amal untuk membantu peternakan
menghasilkan lebih banyak susu di Eropa karena banyak peternakan hancur dalam
perang. Pada tahun 1950, Unicef akan
menutup diri karena
kondisi di Eropa jauh lebih baik. Namun, beberapa pemimpin PBB protes karena
mereka merasa pekerjaan UNICEF tidak dilakukan karena banyak anak di seluruh
dunia sedang sekarat. Pada tahun 1953, PBB memutuskan untuk membuat UNICEF
bagian permanen dari PBB. Mereka juga resmi berubah nama menjadi Dana Anak PBB.
Unicef merupakan
bagian dari PBB, yang bekerja untuk perdamaian dunia. Tujuan utama Unicef adalah untuk memastikan bahwa anak-anak di seluruh
dunia mendapatkan perawatan dan pendidikan yang mereka butuhkan untuk tumbuh
menjadi orang dewasa bahagia dan sehat. Unicef percaya bahwa anak membutuhkan jenis khusus perawatan dan
kasih sayang. Jika anak-anak tidak menerima perawatan yang baik, maka
akan dapat menyakiti mereka
selamanya. Pasca Perang Dunia II, Majelis Umum dari suara PBB kembali membangun Darurat PBB Internasional Dana Anak (Unicef), sebuah organisasi untuk membantu memberikan bantuan
dan dukungan untuk anak yang tinggal di negara yang hancur oleh perang.
Setelah krisis pangan dan medis dari akhir 1940-an
berlalu, Unicef terus melakukanperannya sebagai organisasi bantuan untuk anak-anak dari
negara-negara bermasalah dan selama tahun 1970 tumbuh menjadi penganjur vokal
tentang hak anak. Selama tahun 1980, Unicef membantu Komisi HAM PBB dalam penyusunan Konvensi
Hak Anak. Setelah diperkenalkan kepada Majelis Umum PBB pada tahun 1989,
Konvensi Hak Anak menjadi manusia yang paling banyak meratifikasi perjanjian
hak dalam sejarah, dan Unicef memainkan
peran penting dalam memastikan penegakannya.
Dari 184 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, hanya
dua negara telah gagal untuk meratifikasi perjanjian itu,
yakni Somalia dan Amerika
Serikat. Somalia saat ini tidak memiliki pemerintah yang diakui secara
internasional, sehingga ratifikasi tidak mungkin, dan Amerika Serikat, yang
merupakan salah satu penandatangan asli dari konvensi, telah gagal untuk
meratifikasi perjanjian karena kekhawatiran tentang dampak potensial terhadap
kedaulatan nasional dan hubungan antara orangtua dan anak.
Dana Unicef telah dibuat untuk bekerja dengan orang lain untuk
mengatasi kendala bahwa kemiskinan, kekerasan, penyakit dan diskriminasi
terjadi di jalan anak. Pada tahun 1946 tantangan besar pertama Unicef adalah membantu anak-anak di Eropa yang hidupnya
telah hancur akibat Perang Dunia II. Selama 65 tahun terakhir Unicef telah menjadi kekuatan pendorong di belakang visi
dunia untuk semua anak. Unicef memiliki
otoritas global untuk mempengaruhi para pengambil keputusan, dan bekerja dengan
mitra di tingkat akar rumput untuk mengubah ide inovatif menjadi
kenyataan. Dari awal di Eropa pada tahun 1940-an Unicef saat
ini bekerja di 190 negara melalui program negara dan Komite Nasional.
Peran Unicef dalam Organisasi Internasional
Unicef memulai
misinya pada tahun 1946 sebagai organisasi bantuan untuk anak-anak setelah
Perang Dunia II. Mandatnya segera diperluas untuk membantu anak-anak yang
hidupnya dalam bahaya di negara berkembang. Dalam kurun waktu 60 tahun, Unicef telah memiliki
anggota lebih dari 7.000
orang di 157 negara dan teritori di seluruh dunia. Sembilan dari 10 anggota
staf bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah dan mitra lain di seluruh
dunia. Unicef telah
mewujudkan hak-hak intrinsik anak untuk kualitas dasar kehidupan, para pemimpin
dunia hak lebih lanjut didefinisikan dalam Konvensi Hak Anak. Unicef mendasarkan tindakannya pada up-to-date penelitian
besar dan pengalaman tentang apa yang bekerja untuk membantu memberi anak-anak
awal terbaik dalam hidup, untuk bertahan hidup dan berkembang terutama dalam
keadaan darurat dan untuk pergi ke sekolah.
Prioritas Unicef adalah penting untuk Pembangunan Kerja Unicef dapat dikelompokkan menjadi lima bidang strategis
utama. Mereka semua saling terkait; kemajuan dalam ada orang yang mengarah ke
kemajuan dalam yang lain. Bersama mereka membuat perbedaan bagi anak-anak
dengan mendukung implementasi Deklarasi Millenium Summit dan pekerjaan di dunia
menuju Tujuan. Mereka juga memastikan bahwa Unicef memberikan kontribusi efektif untuk mengurangi
kemiskinan, melalui advokasi dan kemitraan yang menciptakan investasi
berkelanjutan, pengembangan kelangsungan hidup anak-anak dan perlindungan.
1. Kelangsungan Hidup
Anak dan Pembangunan
Untuk mendukung Tujuan Milenium yakni mengurangi angka kematian anak dan pengendalian
malaria, antara lain Unicef bekerja
terhadap perawatan kesehatan anak yang komprehensif pada
awal tahun, termasuk periode
antenatal sebelum kelahiran.
Menjelang membantu anak-anak muda bertahan dan memiliki masa depan yang sehat produktif, Unicef dan advokasi memberikan dukungan keuangan dan teknis untuk pendidikan nasional dan berbasis masyarakat dan program intervensi pada perawatan kesehatan dan gizi. Bidang prioritas termasuk imunisasi, mencegah dan mengendalikan malaria, pengendalian dan mengobati penyakit diare dan pernapasan, pemberantasan cacing guinea dan mencegah anemia.
Program kesehatan idealnya mencakup perawatan antenatal ibu hamil, dan perawatan neonatal dalam empat minggu pertama setelah kelahiran, termasuk mempromosikan pemberian ASI. Unicef juga berbagi advokasi, mobilisasi sosial, dan riset dalam peran pendukung untuk membantu lembaga-lembaga lain menyediakan kebidanan darurat.Membangun di atas komitmen selama puluhan tahun terhadap kesehatan, Unicefmenyediakan vaksin untuk 40 persen anak di negara berkembang, dan menyediakan dukungan teknis pada proses rumit . Jutaan terlindungi dari penyakit seperti campak, polio, difteri dan TBC dengan vaksin yang harganya rata-rata hanya 50 sen per anak. Program vaksinasi idealnya termasuk suplemen vitamin A dan zat gizi mikro yang meningkatkan kekebalan tubuh lebih lanjut dan membantu mencegah kekurangan gizi yang berhubungan dengan gangguan.
Menjelang membantu anak-anak muda bertahan dan memiliki masa depan yang sehat produktif, Unicef dan advokasi memberikan dukungan keuangan dan teknis untuk pendidikan nasional dan berbasis masyarakat dan program intervensi pada perawatan kesehatan dan gizi. Bidang prioritas termasuk imunisasi, mencegah dan mengendalikan malaria, pengendalian dan mengobati penyakit diare dan pernapasan, pemberantasan cacing guinea dan mencegah anemia.
Program kesehatan idealnya mencakup perawatan antenatal ibu hamil, dan perawatan neonatal dalam empat minggu pertama setelah kelahiran, termasuk mempromosikan pemberian ASI. Unicef juga berbagi advokasi, mobilisasi sosial, dan riset dalam peran pendukung untuk membantu lembaga-lembaga lain menyediakan kebidanan darurat.Membangun di atas komitmen selama puluhan tahun terhadap kesehatan, Unicefmenyediakan vaksin untuk 40 persen anak di negara berkembang, dan menyediakan dukungan teknis pada proses rumit . Jutaan terlindungi dari penyakit seperti campak, polio, difteri dan TBC dengan vaksin yang harganya rata-rata hanya 50 sen per anak. Program vaksinasi idealnya termasuk suplemen vitamin A dan zat gizi mikro yang meningkatkan kekebalan tubuh lebih lanjut dan membantu mencegah kekurangan gizi yang berhubungan dengan gangguan.
Seiring dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UNICEF
mendukung program lokal yang meningkatkan akses terhadap air bersih dan
sanitasi, yang pada gilirannya penting bagi inisiatif kesehatan, pengembangan
dan pendidikan.
2. Pendidikan Dasar dan Kesetaraan Gender
Unicef bekerja
sama dengan negara-negara
donor dan badan PBB lainnya untuk mempromosikan, mendanai dan memfasilitasi
kesetaraan pendidikan dasar universal dan gender. Ini termasuk
meningkatkan kesiapan perkembangan anak-anak untuk sekolah, terutama untuk
anak-anak dikeluarkan dan di antara kelompok yang kurang beruntung, melalui
komunitas yang disponsori pendidikan anak dan inisiatif kesehatan.
Dalam semua tahap proses ini, melalui program-program
advokasi dan lokal, Unicefbekerja
untuk mengurangi kesenjangan gender dan kesenjangan lain dalam akses,
partisipasi dan penyelesaian sekolah dasar. Ini juga termasuk air , sanitasi dan peningkatan kebersihan di
sekolah-sekolah untuk menciptakan lingkungan ramah anak untuk
belajar. Menggunakan demonstrasi praktis dan advokasi berbasis
bukti, Unicef berupaya
membantu pemerintah pusat dan daerah dan kelompok meningkatkan kualitas
pendidikan dan retensi. Unicef juga memberikan perlengkapan sekolah dan tenda
dalam keadaan darurat sebagai bagian dari Kembali ke Sekolah programnya,
membantu anak-anak kembali ke lingkungan yang lebih normal aman dan melindungi
hak mereka untuk pendidikan dasar.
3. HIV / AIDS dan Anak
Krisis penyakit membawa kemiskinan dan kehancuran sosial
bersama dengan kematian. Untuk mengatasi itu Unicef bekerja dengan negara-negara, organisasi nirlaba
dan kelompok agama, organisasi pemuda dan mitra lain untuk mengatur sensitif
gender pencegahan pendidikan, keterampilan dan kampanye layanan ditujukan
terutama pada remaja. Unicefjuga
bekerja melalui advokasi dan penjangkauan masyarakat untuk membantu pemerintah,
masyarakat dan anak-anak dukungan keluarga yatim karena HIV / AIDS.
Unicef juga
mendukung program-program yang membantu mencegah ibu ke anak HIV / AIDS dan
yang meningkatkan jumlah dan proporsi perempuan dan anak yang menerima obat
antiretroviral.
4. Perlindungan Anak
Untuk mendukung Millenium Bagian Deklarasi KTT 6,
Unicef melindungi lingkunganrentan kemajuan pelindung untuk membantu mencegah dan
menangani kekerasan, penyalahgunaan eksploitasi, dan diskriminasi, dan untuk
anak-anak yang rentan akibat keadaan darurat. Fokus penelitian termasuk
meningkatkan kesadaran pemerintah hak perlindungan anak dan analisis situasi,
serta mempromosikan undang-undang yang menghukum pelaku eksploitasi anak.
Bekerja melalui advokasi dan kantor lokal di seluruh
dunia, Unicef membantu memperkuat sumber daya sekolah, masyarakat
dan keluarga untuk merawat anak-anak terpinggirkan, termasuk yang yatim piatu
karena HIV / AIDS.
5. Advokasi dan Kemitraan untuk Hak Anak
Unicef membangun kemitraan
pembangunan global dan juga pada penguatan kebijakan nasional dan daerah
yang memenuhi hak-hak anak untuk bertahan hidup dan berkembang.Mengurangi
kemiskinan anak adalah bagian penting dari pemenuhan hak-hak ini. Untuk itu,
dan untuk mencapai tujuan Milenium, Unicef mendorong
investasi nasional dan global berkelanjutan yang memanfaatkan sumber daya dan
hasil untuk anak-anak itu kesejahteraan, termasuk dalam situasi darurat.
Bekerja dengan berbagai kemitraan termasuk pemerintah, badan-badan regional,
dan kelompok swasta dan masyarakat sipil, Unicef memberikan masukan dan berpartisipasi dalam
mengembangkan sektor-lebar pendekatan (swap), Rencana Strategi Penanggulangan
Kemiskinan (PRSP) dan anggaran.
Unicef merencanakan
Cluster Survei Indikator Ganda (MICS) metode dalam pertengahan 1990-an. Alat
yang murah dan efektif, MICS merupakan sumber data utama untuk memantau
pemenuhan hak asasi manusia dan kemajuan menuju Tujuan. Unicef mempromosikan penggunaannya, kereta api dan
membantu pemerintah dalam menerapkan metode, dan menyajikan data yang
dikumpulkan. Unicef juga
telah berinvestasi secara signifikan dalam pengembangan DevInfo, perangkat
lunak untuk secara efektif menyimpan dan menyajikan data dalam tabel, grafik
dan peta.
Selanjutnya, Unicef mendorong partisipasi aktif anak-anak dan kaum muda
dalam pengambilan keputusan mengenai hal-hal tentang mereka sendiri kesejahteraan.
Ini termasuk kegiatan dari advokasi untuk hak-hak anak atas kebebasan berpikir
dan berekspresi, untuk membuat situs web bagi mereka untuk berbagi ide.
Sejarah Singkat UNICEF di
Indonesia
UNICEF membantu Indonesia pertama kali pada 1948. Saat itu
terjadi situasi darurat yang memerlukan penanganan cepat akibat kekeringan
hebat di Lombok. Kerjasama resmi antara UNICEF dan pemerintah Indonesia dijalin
pertama kali pada 1950.
Sejak awal masa kemerdekaan, UNICEF tetap dianggap mitra
Indonesia yang berkomitmen untuk memperbaiki hidup anak-anak dan wanita di
seluruh nusantara. Prioritas awal UNICEF adalah memberikan pelayanan dan
persediaan yang sangat diperlukan untuk memperbaiki kesehatan anak Indonesia
dan keluarganya.Pada awal 1960an, UNICEF berkembang menjadi organisasi
pembangunan yang lebih terkonsentrasi pada kesejahteraan anak daripada sekedar
bantuan kemanusiaan. Pada 1962, UNICEF melaksanakan program gizi di 100 desa
dari delapan propinsi.
Pada November 1966, Menteri Luar Negeri Adam Malik
menandatangani perjanjian kerjasama UNICEF dan pemerintah Indonesia sesudah
Indonesia bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Awalnya fokus kerjasama
menitikbertakan kelangsungan hidup anak-anak. Baru kemudian fokus berkembang
pada masalah-masalah lain yang menguntungkan kedua belah pihak. Selama 50 tahun, UNICEF memainkan
peranan penting dalam membantu pemerintah memajukan hidup anak-anak dan wanita.
Sekarang UNICEF berkarya di 12 kantor wilayah untuk membantu melaksanakan
program di 15 propinsi yang mencakup lebih dari 20 juta orang Indonesia.
Bersama dengan mitra-mitranya UNICEF
berhasil membantu mengembangkan dan melobi adopsi Undang-undang Perlindungan
Anak 2002. Undang-undang ini akan menjadi landasan hukum bagi
perlindungan hak anak.
Indonesia dan UNICEF menandatangani
perjanjian kerjasama baru untuk Rencana Pembangunan Lima Tahun 2006-2010 yang
terfokus pada enam program: Pendidikan, Kesehatan, Air dan Sanitasi, Memerangi
HIV dan AIDs, Perlindungan Anak dan Keadaan Darurat. Kerjasama untuk tahun 2010
ditandatangi pada tanggal 12 Januari 2010.
Tujuan dan Sasaran Unicef di Indonesia
Secara garis besar Unicef memiliki tujuan
yang berfokus pada anak-anak. Yang dimana badan inter-pemerintah ini diberi
wewenang oleh pemerintah dunia memberikan, mempromosikan dan melindungi hidup
dan hak-hak anak. Organisasi kemasyarakatan, termasuk mitra lembaga swadaya
masyarakat (LSM) berperan serta dalam tugas-tugas Unicef di Indonesia dan di
190 negara dimana Unicef bekerja. Selain itu Unicef dapat dijadikan pola
hubungan kerjasama yang mengkaitkan lembaga-lembaga diindonesia dengan berbagai
lembaga-lembaga didunia yang memiliki tujuan untuk memelihara dan melindungi
anak-anak serta hak-haknya.
Tujuan Unicef ini merupakan bagian dari isi
tujuan PBB, yang meliputi sebagai berikut :
a. Memelihara
perdamaian dan keamanan internasional
b. Mengembangkan
hubungan persaudaran antar bangsa
c. Bekerjasama
secara internasional untuk memecahkan persoalan ekonomi internasional , social
, kebudayaan , dan kemanusiaan serta untuk memajukan rasa hormat untuk hak-hak
manusia dan kemerdekaan-kemerdekaan asasi.
d. Untuk menjadi
pusat bagi tindakan-tindakan bangsa-bangsa dalam usaha untuk mencapai tujuan
bersama.
Setiap organisasi memiliki sasaran hasil yang
ingin dicapai untuk memenuhi tujuannya.
Ada 3 hal yang menjadi sasaran Unicef sebagai
sebuah organisasi Internasional antara lain:
1. Menumbuhkan
kepercayaan anak-anak terhadap kepedulian Negara.
2. Membantu kaum muda
untuk membangun sebuah dunia dimana semua anak-anak hidup secara terhormat dan
memperoleh keamanan.
3. Menciptakan dunia
yang cocok untuk anak-anak.
Setiap poin-poin penting sasaran Unicef ini berfungsi untuk membantu
pembangunan suatu Negara yang berkembang. Dengan kaitan hubungan, bahwasanya
suatu Negara dapat tumbuh dan berkembang apabila taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat termasuk anak-anak mendapat perhatian yang baik.
Kegiatan UNICEF di Indonesia
A.
Kesehatan & Gizi
Memperbaharui
kembali janji kami kepada kelangsungan hidup dan perkembangan ibu dan anak.
|
Sejak 1990, angka kematian tahunan
di kalangan ibu dan anak balita di Indonesia telah menurun setengahnya berkat
perbaikan kebijakan dan undang-undang kesehatan, pembaharuan fokus pada upaya
menurunkan malnutrisi, peningkatan cakupan pelayanan utama kesehatan ibu dan
anak, serta pengendalian penyakit-penyakit pada masa kanak-kanak. Meskipun
begitu, diperkirakan masih ada 150.000 anak yang meninggal di sini sebelum
mencapai usia lima tahun, dan hampir 10.000 ibu kehilangan nyawa mereka
disebabkan permasalahan dengan kehamilan dan persalinan mereka. Oleh karena
itu, kami memperbaharui kembali janji kami kepada anak dan perempuan untuk
menjaga kesehatan dan perkembangan mereka.
UNICEF bekerja untuk meningkatkan
cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan dasar, dengan fokus utama pada
masyarakat yang kurang terlayani. Kami juga bekerja dengan mitra pemerintah
untuk mengidentifikasi kesenjangan yang perlu segera diatasi dalam keterampilan
teknis, menyediakan bimbingan dalam mengalokasikan sumber daya yang lebih baik,
membantu mengumpulkan dan menganalisis data-data yang penting dalam membantu
dalam membuat prioritas penanganan, dan menyediakan bantuan teknis yang dapat
meningkatkan efektivitas program kesehatan dan gizi. Kami mendukung pelatihan
pekerja kesehatan, seperti bidan, untuk meningkatkan keterampilan praktis dan
pengetahuan utama dari praktek kebiasaan yang baik yang bisa disebarluaskan ke
masyarakat tempat mereka bekerja. Kami mendukung prakarsa yang membantu
keluarga dalam mengumpulkan informasi yang lebih baik dan pemahaman yang lebih
mendalam mengenai cara-cara yang dapat meningkatkan taraf kesehatan mereka –
seperti panduan dalam pemberian ASI eksklusif, gizi yang baik untuk ibu dan
anak, manfaat cuci tangan terhadap kesehatan dan pentingnya vaksinasi lengkap
untuk anak.
UNICEF juga melakukan kampanye
untuk memastikan bahwa peraturan dan undang-undang di Indonesia sesuai dengan
standar internasional, sehingga setiap anak Indonesia bisa memanfaatkan
perawatan kesehatan dengan kualitas yang sebaik-baiknya, lepas dari di mana
mereka tinggal, atau status ekonomi mereka. Program dan kegiatan kami dalam
bidang kesehatan dan gizi merambah ke bidang-bidang lain seperti air, sanitasi dan kebersihan, dan pendidikan, maupun mengurangi risiko penyebaran HIV/AIDS di kalangan kaum muda dan ibu hamil.
B. Pendidikan
Indonesia telah
mengalami kemajuan yang sangat besar dalam memastikan anak-anak yang duduk di
bangku sekolah dasar mendapatkan pendidikan – sekitar 97 persen dari anak-anak
berusia 7 sampai 12 tahun di seluruh negeri dapat bersekolah.
Namun, sebanyak 2,5 juta
anak Indonesia yang seharusnya bersekolah tidak dapat menikmati pendidikan:
600.000 anak usia sekolah dasar dan 1.9 juta anak usia sekolah menengah pertama
(13-15 tahun).
Data statistik tingkat
provinsi dan kabupaten menunjukkan bahwa terdapat kelompok anak-anak tertentu
yang terkena dampak paling parah. Hampir setengah dari anak-anak yang berasal
dari keluarga miskin tidak mampu melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah
pertama – anak-anak yang berasal dari rumah tangga termiskin memiliki
kemungkinan putus sekolah 4 kali lebih besar daripada mereka yang berasal dari
rumah tangga berkecukupan. Hampir 3 persen dari anak-anak usia sekolah
dasar di desa tidak bersekolah, dibandingkan dengan hanya lebih dari 1
persen di daerah perkotaan.
Dari mereka yang belajar
di bangku sekolah dasar, hampir 1 dari 5 anak tidak dapat melanjutkan
ke sekolah menengah pertama, dibandingkan 1 dari 10 anak di daerah
perkotaan.
Hampir
setengah dari anak-anak yang berasal dari keluarga miskin tidak mampu
melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama
Kemungkinan putus
sekolah adalah 20 kali lebih tinggi untuk anak-anak yang ibunya tidak memiliki
pendidikan daripada mereka yang memiliki ibu dengan pendidikan tinggi. Jika ini
terbukti sebagai fenomena yang terjadi terus-menerus maka akan berdampak besar
bagi pertumbuhan jangka panjang Indonesia, jika kurangnya pendidikan berlanjut
dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Upaya memahami dan
menanggapi ketimpangan ini menjadi pusat dari kegiatan dan program UNICEF dalam
bidang pendidikan, yang meliputi:
- Memperkuat pengumpulan data
mengenai situasi anak-anak di sekolah, dan di luar sekolah, melalui sistem
informasi yang bersumber dari masyarakat.
- Menilai alasan-alasan mengapa
banyak anak usia dini tidak berpartisipasi dalam perkembangan awal masa
kanak-kanak, yang membatasi keberhasilan mereka dalam mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan dasar dan hambatan dalam pendaftaran dan
penyelesaian pendidikan sekolah dasar.
- Memperbaiki keterampilan kepala
sekolah, pengawas, dan aparat pendidikan untuk mengelola dan menyampaikan
pendidikan berkualitas utama yang menjangkau semua anak-anak.
- Melibatkan komunitas dan
masyarakat sipil setempat dalam menyampaikan pelayanan pendidikan yang
berkualitas lebih baik bagi anak-anak yang terpinggirkan, seperti contoh
melalui perbaikan manajemen berbasis sekolah.
C.
Perlindungan Anak
Sekilas - Perlindungan Anak
|
© UNICEF
Indonesia_3_141203_Josh Estey
|
UNICEF bekerja untuk mendukung secara khusus anak-anak yang
paling rentan.
|
Setiap anak Indonesia memiliki hak untuk dilindungi dari
bahaya, pelecehan, dan eksploitasi.
UNICEF bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk
membantu mengidentifikasi risiko yang mengancam anak-anak – seperti kekerasan
dan diskriminasi – dan kelemahan-kelemahan pada bidang seperti peradilan anak
dan kesejahteraan masyarakat. Bantuan teknis diberikan untuk kementrian-kementrian
utama dan lembaga-lembaga yang menangani isu-isu perlindungan anak untuk
memperkuat kapasitas dan kebijakan – misalnya dengan mendukung Pemerintah
Indonesia, Komisi Nasional Perlindungan Anak, parlemen, serta lembaga-lembaga
penegak hukum untuk memperkuat perencanaan dan implementasi dari undang-undang
peradilan anak, dan melalui dukungan pada lembaga-lembaga sosial untuk
memperbaiki keterampilan dan pemahaman seluruh pekerja sosial di seluruh
pelosok tanah air untuk pemberian bantuan yang lebih baik bagi keluarga rentan.
UNICEF bekerja sama dengan
Pemerintah Indonesia untuk membantu mengidentifikasi risikoyang mengancam
UNICEF juga bermitra dengan lembaga akademik ternama dari
dalam dan luar negeri untuk membantu meningkatkan penelitian dan data akurat
mengenai isu-isu perlindungan anak, dan menyediakan bimbingan bagi pemerintah
tentang bagaimana memaksimalkan dampak penggunaan sumber daya finansial dalam
menciptakan struktur dan pelayanan perlindungan anak yang efektif dan
menjangkau keluarga yang paling rentan - di mana tingkat ancaman terhadap
keamanan dan kesejahteraan anak sering menjadi yang tertinggi.
Peningkatan kesadaran masyarakat serta pemahaman mengenai
isu-isu berkelanjutan seperti kekerasan dalam sekolah dilaksanakan melalui
dukungan terhadap prakarsa perubahan perilaku, dengan menyatukan berbagai
pihak masyarakat untuk mengambil tindakan melawan pelecehan-pelecehan tersebut.
Anak-anak sering menghadapi risiko besar dalam keadaan
darurat – dan melihat kerentanan Indonesia terhadap bencana alam yang tinggi,
UNICEF turut bekerja sama dengan lembaga atau instansi tanggap dan siaga
bencana / kedaruratan untuk memastikan bahwa isu-isu perlindungan cukup
mendapat perhatian di dalam kebijakan dan rencana mereka.
D.
Mengurangi Risiko HIV
dan Melindungi Mereka yang Telah Terjangkit
|
©
UNICEFIndonesia/2004/Estey
|
Sementara data-data resmi
mengindikasikan bahwa tingkat prevalensi HIV di Indonesia adalah 0,2 persen,
Papua dan Papua Barat melaporkan bahwa prevalensi di kalangan orang dewasa di
sana adalah 2,4 persen, dan kalangan muda di propinsi ini (usia 15-24 tahun)
terkena dampak secara tidak proporsional, dengan angka prevalensi 3.0 persen. Risiko
tertinggi penularan HIV diketahui berasal dari perilaku — termasuk penggunaan
jarum suntik (penasun) dan seks yang tidak terlindungi — dan dari ibu yang
terjangkit ke anak mereka dan selama persalinan. Jumlah perempuan yang
terinfeksi saat ini cenderung meningkat HIV di Indonesia, membuat kemungkinan
penularan seperti itu bahkan semakin besar.
UNICEF bekerja dengan Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional, Kementerian Kesehatan, dinas pendidikan dan
kesehatan di daerah, serta masyarakat dan jaringan-jaringan pemuda untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang risiko HIV dan bagaimana warga
dapat melindungi diri sendiri. UNICEF bekerja untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman tentang risiko HIV dan bagaimana warga dapat melindungi diri
sendiri
Program dan kegiatan UNICEF ini
termasuk menyediakan informasi yang akurat bagi guru dan siswa, mengaitkan
pendidikan HIV dengan kegiatan-kegiatan remaja lainnya seperti Olah Raga, dan
mendukung aktivis pemuda untuk melakukan pendidikan sebaya di dalam
komunitasnya. Kami juga mendukung upaya-upaya untuk mengurangi stigma yang
terkait dengan mereka yang hidup dengan virus HIV, untuk memastikan bahwa
mereka yang terkena imbas — mereka yang dengan virus dan keluarga — tidak
dikenai tindakan diskriminasi. Program dan kegiatan ini dikaitkan secara erat
dengan dukungan pendidikan keterampilan hidup di kalangan pemuda/ remaja, yang
mendorong toleransi dan pamahaman.
UNICEF juga bekerja untuk mencegah
penularan HIV dari ibu ke anak dengan memperkuat kapasitas berbagai penyedia
pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan tes dan konseling yang proaktif,
mengintegrasikan pelayanan ini dengan program-program kesehatan ibu, bayi baru
lahir dan anak khususnya di kabupaten yang tingkat prevalensinya tinggi. Kami
juga bekerja dengan pemerintah daerah dan mitra untuk mendukung kegiatan
pencegahan infeksi HIV di kalangan perempuan usia subur dan mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan di kalangan perempuan yang hidup dengan HIV.
E. Air, Sanitasi & Kebersihan
|
© UNICEF Indonesia/2007/Purnomo
|
Bagian-bagian utama dari kegiatan dan
program UNICEF di Indonesia mencakup penanganan kualitas air yang tidak
memadai, cakupan sanitasi yang rendah dan kebersihan yang kurang. Bidang itu
menjadi tantangan-tantangan karena memiliki dampak pada kesehatan, gizi,
pencapaian pendidikan anak dan keluarga. Kami mendukung prakarsa yang
memungkinkan masyarakat untuk memainkan peran penting dalam mengembangkan dan
mengelola ‘sanitasi total berbasis masyarakat’ yakni ketika lima pilar utama
sanitasi ditangani dan dicermati secara memadai: penghentian buang air besar
secara sembarangan, promosi cuci tangan pakai sabun, peningkatan pengolahan air
rumah tangga, pengelolaan sampah padat dan pengelolaan limbah cair dan saluran
pembuangan secara tepat.
Bagian utama dari kegiatan
UNICEF di Indonesia adalah penanganan cakupan sanitasi yang rendah dan
kebersihan yang kurang
UNICEF bekerja dengan pemerintah
daerah dan komunitas setempat untuk mengembangkan model praktek terbaik untuk
program sanitasi masyarakat, berbagi keahlian dan mengembangkan kapasitas untuk
melaksanakan lima pilar dan kemudian membantu masyarakat untuk mendapatkan dan
memanfaatkan pengalaman mereka dan menyebarluaskan pengalaman tersebut dengan
masyarakat lainnya.
UNICEF juga memberikan bantuan teknis
kepada pemerintah untuk mengembangkan kebijakan air dan sanitasi yang lebih
baik di daerah perkotaan, di mana jumlah penduduk yang meningkat dan sumber
daya pemerintah yang semakin terbagi membuat tertekannya penempatan sumber daya
pada sarana dan prasarana.
Mengetahui bahwa anak dapat berperan
sangat efektif dalam mengubah perilaku masyarakat mereka yang lebih luas, kami
juga mendukung prakarsa kebersihan dan sanitasi berbasis sekolah melalui
pemberian panduan tentang bagaimana meningkatkan fasilitas dan sarana sanitasi
di sekolah, dan mengembangkan serta melaksanakan promosi kebersihan yang
efektif di kelas-kelas. Ini tidak hanya membantu mempromosikan kebersihan yang
baik dan arti penting sanitasi yang tepat di suatu komunitas, namun juga
meningkatkan lingkungan fisik pembelajaran sehingga anak didorong untuk
bersekolah dan berprestasi lebih baik di sekolah.
UNICEF
meningkatkan respon bantuan untuk korban banjir
Lebih dari 250.000 orang terkena
dampak banjir yang disebabkan oleh hujan lebat selama berhari-hari di Jakarta.
Meskipun sebagian orang telah mendapatkan tempat perlindungan melalui teman dan
kerabat, banyak yang harus tinggal di tempat penampungan sementara. Sebagai akibat dari keadaan darurat
ini, anak-anak menjadi rentan terhadap penyakit dan banyak yang tidak dapat
bersekolah.
K ampung Melayu, Bukit Duri, adalah salah satu daerah yang terkena dampak banjir terburuk di Jakarta. Rumah-rumah yang terletak di sekitar Sungai Ciliwung tergenang air hingga 3,5 meter. "Hujan terus turun, dan permukaan air secara bertahap meningkat hingga keluarga kami harus mengungsi. Rumah kami hanya satu lantai, jadi harus kami tinggalkan", ucap Rachmawati, salah seorang ketua RT di RW 09 Kampung Melayu. "Ketika banjir makin parah, semakin banyak orangdiungsikan ke kantor kelurahan yang sekarang menjadi tempat penampungan sementara" tambahnya. Meskipun air telah surut, banjir telah merusak sebagian besar rumah-rumah di daerah tersebut.
Sehabis banjir, banyak sampah dan sisa barang yang terbawa air berserakan di jalanan sekitar Bukit Duri. ©UNICEF Indonesia / 2013 / Estey.
K ampung Melayu, Bukit Duri, adalah salah satu daerah yang terkena dampak banjir terburuk di Jakarta. Rumah-rumah yang terletak di sekitar Sungai Ciliwung tergenang air hingga 3,5 meter. "Hujan terus turun, dan permukaan air secara bertahap meningkat hingga keluarga kami harus mengungsi. Rumah kami hanya satu lantai, jadi harus kami tinggalkan", ucap Rachmawati, salah seorang ketua RT di RW 09 Kampung Melayu. "Ketika banjir makin parah, semakin banyak orangdiungsikan ke kantor kelurahan yang sekarang menjadi tempat penampungan sementara" tambahnya. Meskipun air telah surut, banjir telah merusak sebagian besar rumah-rumah di daerah tersebut.
Sehabis banjir, banyak sampah dan sisa barang yang terbawa air berserakan di jalanan sekitar Bukit Duri. ©UNICEF Indonesia / 2013 / Estey.
Situasi ini ditanggapi dengan
segera oleh UNICEF. "UNICEF meningkatkan respon bantuan untuk ratusan ribu
warga Jakarta yangmenjadi korban banjir" kata Kepala Perwakilan UNICEF
Indonesia, Angela Kearney. "Banyak dari mereka adalah anak-anak, yang
sangat rentan terhadap penyakit. Mereka membutuhkan air bersih, obat-obatan,
makanan dan tempat tinggal - dan mereka perlu kembali ke sekolah"
tambahnya. Untuk
mengetahui situasi tersebut secara langsung, UNICEF dan mitra-mitranya
mengunjungi daerah Kampung Melayu, Bukit Duri. Pada hari-hari pertama banjir,
seluruh daerah terendam banjir. Kini para warga telah kembali dari pengungsian,
meskipun masih banyak genangan air di sekeliling daerah ini.
Lumpur, air kotor dan tumpukan sampah memenuhi lantaikoridor SD dan SMP Perguruan Rakyat yang terletak hanya beberapa ratus meter dari sungai Ciliwung. Sekolah ini adalah salah satu sekolah yang terkena dampak banjir, dan merupakan tempat belajar bagi hampir 500 siswa. Hujan yang turun selama berhari-hari menyebabkan air sungai meluap dan sekolah tersebut dan lingkungan sekitarnya terendam dengan air dan lumpur hingga ketinggian tiga meter.
Lumpur, air kotor dan tumpukan sampah memenuhi lantaikoridor SD dan SMP Perguruan Rakyat yang terletak hanya beberapa ratus meter dari sungai Ciliwung. Sekolah ini adalah salah satu sekolah yang terkena dampak banjir, dan merupakan tempat belajar bagi hampir 500 siswa. Hujan yang turun selama berhari-hari menyebabkan air sungai meluap dan sekolah tersebut dan lingkungan sekitarnya terendam dengan air dan lumpur hingga ketinggian tiga meter.
Saat UNICEF mengunjungi sekolah
itu, terlihat beberapa kelompok siswa dan guru bergotong royong membersihkan
lantai dan furnitur sekolah. Beberapa hari yang lalu air masih menggenangi
sekolah mereka hingga ke atap. Sekelompok anak-anak muda terlihat membantu di ruang
kelas. "Kami datang ke sini untuk membantu; rumah kami juga banjir, tapi
sekolah lebih penting, supaya kita bisa cepat kembali ke kelas, dan yang paling
penting bermain (sepak bola) dengan teman-teman", kata Ali, salah satu
siswa yang turut membantu bersih-bersih.
Anak-anak sangat rentan pada saat banjir, dan diperkirakan sekitar 83.000 dari mereka terkena dampak banjir. ©UNICEF Indonesia / 2013 / Estey.
Anak-anak sangat rentan pada saat banjir, dan diperkirakan sekitar 83.000 dari mereka terkena dampak banjir. ©UNICEF Indonesia / 2013 / Estey.
Setelah memberikan UNICEF tur
sekeliling sekolah, Ali menambahkan, "Sekolah kena banjir hampir setiap
tahun, dan begitu juga rumah saya." Sekolah Ali adalah salah satu sekolah
yang terkena dampak terburuk di wilayah ini. Air kotor dan lumpur merusak pompa
air dan toilet, dan sebagian besar meja dan kursi kelas telah hancur atau tidak
dapat digunakan. Ali sekarang menghabiskan hari-harinya menunggu air surut agar
ia bisa kembali ke sekolah.
UNICEF telah bekerja sama dengan pemerintah dan mitra-mitra LSM untuk mengkaji kebutuhan kemanusiaan di wilayah-wilayah yang terkena dampak banjir, untuk memberikan bantuan darurat secara langsung. UNICEF dan mitra penerapnya – Oxfam dan PBA – dengan cepat mengkaji keluarga yang terkena dampak di daerah Kampung Melayu, Bukit Duri, salah satu wilayah yang terdampak paling parah di mana ribuan rumah tangga terpengaruh oleh banjir.
UNICEF telah bekerja sama dengan pemerintah dan mitra-mitra LSM untuk mengkaji kebutuhan kemanusiaan di wilayah-wilayah yang terkena dampak banjir, untuk memberikan bantuan darurat secara langsung. UNICEF dan mitra penerapnya – Oxfam dan PBA – dengan cepat mengkaji keluarga yang terkena dampak di daerah Kampung Melayu, Bukit Duri, salah satu wilayah yang terdampak paling parah di mana ribuan rumah tangga terpengaruh oleh banjir.
Untuk membantu mencegah
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air, UNICEF mendistribusikan
kebutuhan untuk sanitasi, seperti ember, sabun, jerigen, dan paket kebersihan
keluarga. Paket kebersihan UNICEF menyediakan pasokan seperti sabun mandi,
sabun cuci, pasta gigi, sikat gigi, kain sarung, dan handuk. Penyediaan pasokan
darurat dari UNICEF ke daerah-daerah ini terus berlanjut, dan upaya untuk
meminimalkan kerugian bagi anak-anak dan wanita adalah prioritas utama.
Pada saat yang sama, UNICEF dan mitra-mitranya juga menyebarkan pesan-pesan kesehatan dan kebersihan untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui air dan vektor, melalui berbagai medium - termasuk dari mulut ke mulut, radio, poster, leaflet, brosur, dan spanduk.
Pada saat yang sama, UNICEF dan mitra-mitranya juga menyebarkan pesan-pesan kesehatan dan kebersihan untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui air dan vektor, melalui berbagai medium - termasuk dari mulut ke mulut, radio, poster, leaflet, brosur, dan spanduk.
Malaria adalah cerita lama
|
© UNICEF/2011/Estey
|
UNICEF
mendukung pemusnahan parasit terakhir di Sabang, Aceh
“Dua puluh
tahun lalu, penduduk desa di sini menderita karena malaria. Sebagian besar
tetangga saya mengalami demam dan sakit kepala, mereka muntah-muntah, bahkan
ada yang pingsan. Ketika mereka pergi ke Puskesmas, mereka dibilang sakit
malaria. Saya juga mengalami hal yang sama. Saya sudah berkali-kali sakit
malaria. Namun sekarang sudah berubah. Saya sudah tidak lagi sakit. Saya juga
sudah jarang dengar ada tetangga yang sakit malaria.” Ibu Syamani, 50 tahun, seorang
nenek dari 5 cucu dan 8 anak, menceritakan situasi malaria di desanya.
Sementara Ibu
Syamani berbicara, petugas relawan, Ibu Hamun, 27 tahun, mengambil darah dari
jarinya untuk dites malaria. Sejak tahun 2010, dengan dukungan UNICEF,
pemerintah daerah Sabang melaksanakan tes darah 2 kali setahun, di musim
kemarau dan dan hujan, di desa-desa yang diidentifikasi sebagai daerah berisiko
malaria. Termasuk desa kecil Ateuh, bagian dari Desa Batee Shok.
“Waktu itu
saya diberitahu oleh kepala desa dan Ibu Hanum, bahwa semua penduduk desa harus
diperiksa darahnya untuk malaria. Tes darah ini untuk mencari parasit malaria
di darah saya. Jika petugas kesehatan menemukan parasit malaria, mereka akan
memberi obat. Saya senang, saat tes darah terakhir, darah saya negatif malaria.
Namun saya dengar dari beberapa tetangga, masih ada yang positif malaria”,
tambah ibu Syamani.
Daftar
penduduk sudah di tangan Ibu Hanum, petugas relawan malaria, yang kemudian
mengunjungi penduduk satu persatu sesuai jadwal untuk memastikan tidak ada yang
terlewat. Saat berkunjung, pengambilan darah dilakukan. Kemudian sampel darah
tersebut dikirim ke Puskesmas untuk dicek apakah sudah akurat. Setelah itu
sampel darah dibawa ke Kantor Dinas Kesehatan Sabang, untuk diperiksa dan
dianalisa. Sampel darah kering dibawa ke Kantor Laboratorium Kesehatan Aceh,
untuk identifikasi molekul. Hasil tes darah di Kantor Dinas Kesehatan Sabang,
segera disampaikan ke Puskesmas dan petugas sukarelawan, untuk kemudian
disampaikan ke penduduk. Jika ada yang positif sakit malaria, maka petugas
relawan akan berkolaborasi dengan Puskesmas untuk memberikan obat anti malaria.
“Saya tahu
bahwa segala kegiatan yang sudah dilakukan pemerintah selama ini merupakan
upaya untuk mencapai penghapusan malaria di tahun 2013. Pesan ini berulang kali
disampaikan ke semua penduduk dan saya setuju bahwa partisipasi masyarakat
sangat penting. Semua anggota keluarga saya aktif melakukan tes darah dan juga
mengijinkan rumah kami disemprot. Kami juga tidur dalam kelambu berinsektisida.
Kami tidak lagi sakit malaria dan kami berharap pemerintah juga memberikan
perhatian yang sama untuk penyakit lainnya,” kata Ibu Syamani.
Laporan Unicef di
Indonesia Tahun 2012
Pesan dari Perwakilan UNICEF
Perkenankan
saya menyampaikan laporan tahunan kami untuk tahun 2012 dan memberitahu Anda
bagaimana kamimenggunakan dana kami untuk membuat perbedaan yang nyata dalam
kehidupan anak-anak di Indonesia. Tahun ini merupakan kelanjutan dari
perjalanan kami untuk membantu anak yang paling rentan, bekerjasama dengan
Pemerintah Indonesia, organisasi lain, dan – yang paling penting – dengan Anda,
donor kami dan pendukung kami.
Indonesia
terus menunjukkan kemajuan yang pesat untuk mengangkat populasinya yang besar
keluar dari kemiskinan dan menyampaikan hasil kemajuan itu bagi seluruh warga
negara. Namun demikian, jutaan anak dan kaum perempuan masih jauh tertinggal di
peningkatan status negara menjadi negara berpenghasilan menengah dan masih
banyak yang harus dikerjakan.
Misalnya,
Indonesia masih memiliki jumlah orang tertinggi kedua yang buang air besar di
tempat terbuka karena mereka tidak memiliki jamban yang memadai. Indonesia
adalah negara ketiga terbesar dalam jumlah anak yang belum diimunisasi dan
kelima terbesar dalam jumlah anak yang menderita hambatan pertumbuhan, yang
sangat berdampak pada kemampuan mereka untuk mengembangkan potensi fisik dan
mental mereka secara penuh. Apakah seorang anak akan hidup atau meninggal,
bersekolah atau dilindungi dari penyalahgunaan banyak tergantung dari dimana
mereka tinggal, seberapa miskin keluarga mereka dan bahkan apakah ia laki-laki
atau perempuan.
UNICEF
berkomitmen untuk memperkecil kesenjangan antara mereka yang telah menikmati
hasil kemajuan dan mereka yang masih terpinggirkan. Kami melakukan ini dengan
bekerja sama dengan pemerintah dan pihak-pihak lain untuk lebih memahami
situasi anak-anak di Indonesia; melakukan advokasi untuk kebijakan,
undang-undang dan program yang lebih baik yang dapat meningkatkan hak-hak anak
di Indonesia; memperkenalkan inovasi yang dapat mengatasi tantangantantangan yang
mempengaruhi kehidupan anak; membantu meningkatkan kualitas pelayanan sosial
bagi anak; bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menjangkau pihak-pihak
yang belum terjangkau, dan menciptakan ruang bagi anak-anak dan remaja dimana
mereka bisa mengungkapkan keprihatinan mereka dan berpartisipasi dalam
menangani isu-isu yang mempengaruhi mereka.
Saya ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia, mitra kami dan
terutama Anda, donor kamiatas pekerjaan dan dukungan tanpa lelah yang kami
terima. Anak-anak sangat penting karena mereka adalah masa depandari dunia yang
kita impikan.
Angela
KearneyPerwakilan
UNICEF di
Indonesia
Apa yang Kami Lakukan
BEKERJA
UNTUK MEMPERKECIL KESENJANGAN UNTUK ANAK-ANAK
INDONESIA
UNICEF telah mendukung anak-anak dankaum perempuan di
Indonesia sejak tahunn1948, ketika pulau Lombok dilanda kemarau panjang dan
UNICEF membantu mencegah kelaparan. Saat ini UNICEF bekerja sama dengan
Pemerintah Indonesia dan mitranya untuk menangani tantangan utama lainnya bagi anak-anak
dan perempuan – yaitu meningkatnya ketidaksetaraan dalam akses pada pelayanan sosial
dan luaran dalam kesehatan, gizi, pendidikan dan perlindungan anak dalam konteks
negara berpenghasilan menengah.
Melalui lima bidang pekerjaannya, program UNICEF untuk
tahun 2011-2015 fokus untuk memperkecil ketidaksetaraan untuk anak-anak Indonesia.
UNICEF sekarang bekerja dengan para pembuatan keputusan untuk memastikan bahwa
keputusan-keputusan politik, sosial, dan ekonomi yang tepat dibuat dan untuk melakukan
advokasi untuk kebijakan, anggaran dan program yang dilakukan demi anak-anak dan
perempuan yang paling tidak beruntung.
Strategi utama untuk mencapai ini melibatkan advokasi
untuk hak-hak anak, peningkatan kapasitas sistem dan institusi pemerintah, peningkatan
praktek-praktek terbaik dan kesiapan dan tanggap darurat. Di samping bekerja di
tingkat nasional, dukungan diberikan kepada program-program pemerintah di 14 propinsi
yang memiliki statistik anak dan perempuan terburuk (lihat peta di samping). Di
propinsi-propinsi ini terdapat 165,5 juta penduduk, yang 52 juta di antaranya
adalah anak-anak.
Hasil Pekerjaan Kami
KELANGSUNGAN HIDUP DAN
PERKEMBANGAN ANAK
• Memprioritaskan gizi anak
Gizi buruk, terutama pertumbuhan yang terhambat,
merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Untuk
mengatasi tantangan itu, UNICEF mendukung sejumlah inisiatif di tahun 2012
untuk menciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi. Ini meliputi
peluncuran Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN) dan mendukung
pengembangan regulasi tentang pemberian ASI eksklusif, rencana nasional untuk
mengendalikan gangguan kekurangan iodine, panduan tentang pencegahan dan pengendalian
parasit intestinal dan panduan tentang suplementasi multi-nutrient perempuan
dan anak di Klaten, Jawa Tengah. Manajemen masyarakat tentang gizi buruk akut
dan pemberian makan bayi dan anak menjelma menjadi sebuah paket holistic untuk
menangani gizi buruk, sementara pengendalian gizi anak dan malaria ditangani bersama
untuk mencegah pertumbuhan yang terhambat (stunting).
• Menjangkau anak dan perempuan dengan
pelayanan kesehatan berdampak besar
Di samping gizi, intervensi kesehatan berdampak besar
lainnya didukung secara nasional dan berdasar. Dengan dukungan dari UNICEF, Cluster
Island Approach, yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan ibu dan anak di
semua kelompok di pulau-pulau terpencil, dijadikan model di Maluku Tengah Barat.
Inisiatif tersebut dikembangkan ke 11 kabupaten di propinsi Maluku. Rumah tunggu
ibu untuk ibu hamil yang beresiko juga dimasukkan dalam inisiatif tersebut.
Kemajuan juga dilakukan dalam manajemen kasus masyarakat
(Community Case Management – CCM) dari penyakit anak yang besar
di Papua, dimana CCM direplikasi melalui program Flying Health Care di delapan
kabupaten, dan secara nasional melalui pengembangan manajemen terpadu berbasis
masyarakat nasional untuk panduan penyakit anak, menggunakan pelajaran yang dipetik
di lapangan.
Juga penting untuk menyelamatkan jiwa anak adalah dengan
memastikan bahwa keluarga memiliki akses pada pelayanan imunisasi yang
berkualitas. Di tahun 2012, UNICEF bermitra dengan pemerintah dan pihak lain
untuk melakukan kajian dan penilaian untuk menelaah Program Imunisasi
Indonesia, melalui mana anak balita divaksinasi dari penyakit anak yang bisa
dicegah seperti campak. Ini antara lain meliputi telaah dan penilaian program campak
dari pelayanan vaknisasi yang tengah berlangsung. Temuan dari kajian ini telah membantu
mengembangkan strategi yang lebih baik tentang bagaimana memberikan vaksin,
Vitamin A dan pelayanan lain di daerah terpencil yang sulit dijangkau.
Pemerintah, dengan dukungan dari UNICEF, terus melakukan
penghapusan rintangan untuk pencegahan malaria dan pelayanan kontrol di
kabupaten-kabupaten yang tinggi endeminya di Indonesia bagian timur,ada
tantangan akses geografis dan kualitas layanan. Sebaliknya, di Indonesia bagian
barat, terutama di Aceh, UNICEF bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk
menghapuskan bahaya malaria dengan memusnahkan parasit itu sendiri. Dalam hal
ini, UNICEF memfasilitasi kerjasama dengan masyarakat, sector swasta (terutama
pariwisata), dan fasilitas kesehatan publik untuk membangun sebuah sistem
surveilans yang cepat dan efektif untuk memusnahkan parasit malaria secara
menyeluruh.
• Menyediakan dasar-dasar kehidupan
Tanpa air bersih, sanitasi dan kebersihan yang layak,
seluruh intervensi dukungan UNICEF di bidang kesehatan, gizi, dan pendidikan
akan sia-sia. Di tahun 2012, UNICEF membantu 19 dari 25 kabupaten miskin di
Indonesia timur, untuk mencapai target MDG untuk air bersih dan sanitasi. Pemerintah
daerah telah meningkatkan model air di pedesaan, sanitasi, dan kebersihan
(WASH) yang didemonstrasikan oleh UNICEF di bawah program nasional seperti Community
Led Total Sanitation (CLTS), sebuah inisiatif yang melibatkan masyarakat
untuk mencapai sanitasi yang memadai bagi semua orang di tingkat desa atau
kabupaten. Otoritas kabupaten di 25 kabupaten itu mengembangkan rencana
strategis WASH dan anggaran setelah mendapatkan advokasi dan bantuan teknis
dari UNICEF. Rencana ini disetujui oleh otoritas propinsi dan sedang dilaksanakan.
Pekerjaan juga sudah dimulai untuk meningkatkan sebuah model untuk meningkatkan
akses pada air bersih dan sanitasi memadai di daerah kumuh di perkotaan. Sebagai
akibat dari advokasi intensif yang dilakukan oleh UNICEF dan para
Capaian utama di tahun 2012 adalah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar