Jumat, 19 Juli 2013

Bersabar Dan Bersyukur


Bagi muslim dan mungkin bagi umat lainnya, tentu sudah mengenal konsep yang sungguh indah.

"Jika mendapat kenikmatan ia bersyukur"

"Jika sedang tertimpa musibah ia bersabar."

          Kalau diantara kita ada yang sedang bahagia hari ini, bersyukurlah, Jangan biarkan kenikmatan itu dirasakan sendiri, berbagilah kenikmatan yang dirasakan bersama orang lain. Keluarga, sahabat, kaum du’afa, atau orang- orang tercinta.

          Kemudian, bagi yang saat ini sedang merasa sedih, jengkel, kecewa atau sedang mengalami cobaat yang besar. Bersabarlah ... lalu dengan kesabaran itu ..pelan-pelan mencari jalan keluarnya dan tentunya dengan selalu berpegang pada-NYA .
          Secara global kehidupan semua manusia adalah sama, mereka hanya akan melewati dua sisi hidup yang Allah Ta’ala pasangkan; bahagia dan bencana, mudah dan sulit, suka dan duka. Kita pun sudah, sedang, dan akan terus merasakan keduanya silih berganti. Kehidupan ini bagaikan roda yang berputar, kadang posisi kita di atas dan kadang di bawah, semua akan mendapatkan gilirannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia ..” (QS. Ali Imran (3): 140)

          Demikianlah hidup kita. Namun, tidak sedikit manusia yang tidak terima kenyataan ini. Keinginan mereka adalah semua hari adalah bahagia, semua cuaca adalah cerah, semua tanah adalah subur, semua air adalah jernih. Tidak demikian. Manusia semacam ini akan terombang ambing oleh impian dan dipenjara oleh fatamorgana yang hanya dapat berubah jika mereka mau menerima kenyataan hidup dan siap mengarunginya.
          Ada pun bagi seorang beriman, mereka akan menyikapi dua sisi hidup ini secara ikhlas dan penuh ridha. Mereka meyakini, baik atau buruk dari apa yang dialami manusia, pastilah memiliki pelajaran berharga dan rahasia manis yang dapat diketahui cepat atau lambat. Tidak ada yang sia-sia.

Allah Ta’ala menceritakan perkataan orang-orang yang mendalam ilmunya (Ulil Albab):

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا

“Tuhan kami, tidaklah apa yang Engkau ciptakan ini sia-sia.” (QS. Ali Imran (3): 190)

          Ya, semua keadaan pasti membawa manfaat untuk kita, sebab Allah Ta’ala tidaklah mengadakannya untuk main-main dan kesia-siaan. Oleh karena itu, sikap terbaik terhadap bencana adalah bersabar, sikap terbaik terhadap kebahagaiaan adalah bersyukur. Inilah cara yang ditempuh orang beriman, sikap yang diambil para shalihin (orang-orang shalih), dan jawaban yang diberikan para fuqaha (orang-orang yang faham agama).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga telah menggambarkan:

عَجَباً لأمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لأِحَدٍ إِلاَّ للْمُؤْمِن: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خيْراً لَهُ
“Sungguh mengagumkan melihat urusan orang mukmin, baginya, semua masalah adalah baik. Dan, sikap yang demikian tidaklah terjadi kecuali oleh orang beriman. Jika dia mendapatkan kebahagiaan dia bersyukur dan itu adalah hal yang baik baginya, dan jika dia mendapatkan keburukan dia bersabar, dan itu adalah hal baik baginya.” (HR. Muslim No. 2999, Ibnu Hibban No. 2896)

BerSYUKUR Itu Manis


          Manusia yang di dadanya dipenuhi rasa syukur adalah manusia kaya sebenarnya. Hatinya lapang dan jiwanya bersih dari angan-angan kosong dan impian yang melemahkan gairah hidup. Tidak ada waktu baginya memikirkan apa-apa yang dimiliki orang lain, tetapi dia sibuk dengan berbagai nikmat yang Allah Ta’ala yang tak terhingga yang dia dapatkan dariNya. Sehingga lahirlah jiwa yang kaya, dan jiwa yang kaya itulah kaya yang hakiki.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ليس الغنى عن كثرة العرض، ولكنَّ الغنى غنى النفس

“Bukanlah kekayaan dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan sebenarnya adalah yang kaya jiwanya.” (HR. Bukhari No. 6081, Muslim No. 1051, At Tirmidzi No. 2373, Ibnu Majah No. 1386, Ibnu Hibban No. 679, Ahmad No. 7316, Abu Ya’la No. 3079, 6583, Ishaq bin Rahawaih dalam Musnadnya No.320)

          Jiwa yang kaya itulah raja sebenarnya, seorang raja tidak lagi membutuhkan apa-apa yang ada pada orang lain, begitu pula hamba Allah Ta’ala yang pandai bersyukur, dia merasa cukup dan puas, sehingga mata dan wajahnya tidak pernah menoleh kepada apa yang bukan hak dan miliknya.

Seorang penyair berkata:

اذا كنت ذا قلب قنوع فأنت و مالك الدنيا سواء


Jika engkau memiliki hati yang puas (qanuu’), maka engkau dan rajanya dunia adalah sama saja!”

          Seorang hamba bersyukur bukan hanya di bibir dengan ucapan Alhamdulillah, tetapi dia tampakkan dalam sikap hidup; yaitu menjaga dan memanfaatkan sebaik-baiknya nikmat yang Allah Ta’ala berikan kepadanya dengan cara dan tujuan yang baik pula, tidak iri dan dengki terhadap anugerah yang Allah Ta’ala titipkan kepada orang lain, serta adanya perbaikan dalam kualitas hubungan dengan Allah Ta’ala (ibadah) dan hubungan dengan manusia (sosial).
         
          Percayalah, sikap syukur tidak akan memberikan apa-apa bagi pelakunya kecuali hanya kebaikan dan kebaikan. Dia akan dicintai manusia, sebab kehadirannya bukan ancaman bagi orang lain. Dia akan dicintai Allah Ta’ala, sebab dia tidak kufur atas nikmatNya, bahkan Allah Ta’ala akan menambah nikmat untuk hamba-hambaNya yang bersyukur.

Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim (14): 7)

Seorang ulama berkomentar tentang ayat ini:

وإذ أقسم ربكم وآلى بعزته وجلاله وكبريائه كما قال: { وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ [مَنْ يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ ] } [الأعراف: 167].
وقوله { لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ } أي: لئن شكرتم نعمتي عليكم لأزيدنكم منها، { وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ } أي: كفرتم النعم وسترتموها وجحدتموها، { إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ } وذلك بسلبها عنهم، وعقابه إياهم على كفرها


          Ingatkah ketika Tuhanmu bersumpah dengan keagunganNya, kekuasaanNya, dan kemahabesaranNya, sebagaimana firmanNya ( dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa Sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya) dan firmanNya (Jika kalian bersyukur niscaya akan Aku tambahkan), yaitu jika kalian benar-benar mensyukuri nikmatku atas kalian, maka Aku akan benar-benar tambahkan nikmat itu untuk kalian, (dan jika kalian kufur terhadap nikmat) yaitu jika kalian kufur terhadap nikmat itu dengan menutup-nutupinya dan mengingkariny (maka azabKu begitu keras) maka nikmat itu akan diambilNya kembali dan Dia akan memberikan hukuman. (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 4/479. Dar Ath Thayyibah Lin Nasyr wat Tauzi’)

Beginilah Cara Mereka Bersyukur


‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha menceritakan tentang ibadahnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم كَان يقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حتَّى تتَفطَرَ قَدمَاهُ، فَقُلْتُ لَهُ، لِمْ تصنعُ هذا يا رسولَ اللَّهِ، وقدْ غفَرَ اللَّه لَكَ مَا تقدَّمَ مِنْ ذَنبِكَ وما تأخَّرَ؟ قال: "أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أكُونَ عبْداً شكُوراً؟

Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdiri pada shalat malam (tahajud) sampai bengkak kedua kakinya, lalu aku berkata kepadanya: “Kenapa kau lakukan ini wahai Rasulullah? Padahal Allah telah mengampunimu baik dosa yang lalu dan yang akan datang?” Beliau menjawab: “Tidakkah aku suka jika aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari No. 1078, Muslim No. 2819, Ibnu Majah No. 1419, At Tirmidzi No. 412, An Nasa’i No. 1644, Ibnu Khuzaimah No. 1182, 1184)

          Lihat! Walaupun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah diampuni semua dosa yang lalu dan akan datang, dia tetap beribadah, bahkan lebih kuat lagi. Tidak justru ‘mentang-mentang’ sudah diampuni lalu menghabiskan waktu dengan senang-senang semata.

          Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah menceritakan tentang seorang ulama nan shalih, Imam Al Fudhail bin ‘Iyadh. Suatu malam Beliau sedang shalat tahajud, ternyata tanpa sepengetahuannya anaknya yang laki-laki mengikutinya jadi makmum, sampai dia membaca satu ayat yang memilukan hati anak itu, lalu anak itu terjatuh dan wafat.
          Keesokan harinya ramai manusia bertakziah ke rumahnya, sebagai rasa ikut berduka. Tetapi, Imam Al Fudhail bin ‘Iyadh justru mengeluarkan perkataan yang mengherankan bagi manusia saat itu. Dia tidak bersedih, tak ad air mata, justru senyumanlah yang ada darinya.

“Jangan kalian kira aku sedang bersedih, justru aku bergembira dengan wafatnya anakku ini, karena dia wafat dalam keadaan husnul khatimah.”

          Ya, beliau bukan sedang berduka cita dan bersabar, tetapi sedang bergembira dan bersyukur karena anaknya wafat dalam keadaan yang sangat bagus yakni ketika shalat tahajud. Sungguh jika bukan karena tawakal yang mendalam, sikap seperti Imam Al Fudhail bin ‘Iyadh adalah sikap yang amat sulit dilakukan manusia zaman sekarang.

SABAR Itu Indah

          Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah pernah mengatakan bahwa di surga hanya ada dua kelompok manusia; manusia yang bersyukur dan manusia yang bersabar.
          Orang-orang sukses, dunia dan akhirat, salah satu kuncinya oleh kesabaran. Lihatlah betapa sabarnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya dalam mendakwahkan Islam di Jazirah Arab. Walau tantangan, ancaman, pengusiran, bahkan percobaan pembunuhan sudah berkali-kali dirasakannya ketika tiga belas tahun dakwah di Mekkah, akhirnya Allah Ta’ala menangkan dakwah Islam karena buah kesabaran Beliau dan para sahabatnya.

          Sabar memang berat. Oleh karena itu, Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah memasukkan sabar dalam menuntut ilmu, sabar dalam menghafalkan ilmu, dan sabar dalam menyampaikan ilmu adalah termasuk jihad fisabilillah. Maka, dari sini kita bisa mengetahui bahwa sabar bukanlah kelemahan, justru sabar adalah kekuatan, sabar bukan kelesuan tetapi dia adalah gairah hidup, sabar bukan kecengengan tetapi dia adalah ketegaran, sabar bukanlah pesimis tetapi dia adalah optimis, dan sabar bukanlah diam membisu tetapi dia adalah pantang menyerah.   Dan, orang sabar bukan sekedar yang tidak menangis ketika mendapatkan musibah, bukan pula sekedar tidak mengeluh ketika tertimpa kesulitan, sebab itu barulah tahapan awal kesabaran.

Allah Ta’ala berfirman:

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

`Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran (3): 146)

Dibalik Sabar Ada Kemenangan


          Ini adalah janji Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya yang bersabar. Dan, janjiNya adalah benar. Namun jangan lupa, sabar juga bukan kekuatan tanpa perhitungan, sabar bukan ketegaran tanpa tujuan, sabar bukan pesimis tanpa arahan, sabar bukanlah gerak pantang menyerah namun tanpa pemikiran yang matang. Tidak demikian. Tetapi sabar adalah berpadunya kekuatan dan perhitungan, ketegaran dan tujuan, optimis dan arahan, gerak pantang menyerah dan pemikiran matang, maka tunggulah kemenangan yang Allah Ta’ala janjikan.

Perhatikan firman Allah Ta’ala berikut:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَفْقَهُونَ (65) الآنَ خَفَّفَ اللَّهُ عَنْكُمْ وَعَلِمَ أَنَّ فِيكُمْ ضَعْفًا فَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ صَابِرَةٌ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ أَلْفٌ يَغْلِبُوا أَلْفَيْنِ بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ (66) }

Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Anfal (8): 65-66)

Maka, Maha Benar Allah ketika berfirman:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. (QS. Al Baqarah (2): 45)

          Ya, orang sabar akan menjadi pemenang, bagaimana mungkin mereka kalah padahal Allah Ta’ala bersama mereka? Innallaha ma’ash shaabiriin (sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar) …..
Beginilah Kesabaran Mereka

          Nabi Nuh ‘Alaihissalam menyebarkan dakwah tauhid dalam waktu 950 tahun, walau dia tahu pengikutnya tidak akan banyak, namun dia tetap berjuang tanpa putus asa.

“Dan telah diwahyukan kepada Nuh bahwasanya tidak akan ada yang beriman di antara kaumnya kecuali orang-orang yang telah beriman ( dari sebelumnya ) maka janganlah kamu putus asa karena apa yang mereka lakukan.” ( QS. Huud : 36 )
Dari ayat ini kita bisa tahu bahwa Nabi Nuh ‘Alaihissalam tidak akan banyak pengikut, tetapi dia terus mendakwahkan agama tauhid tanpa putus asa selama 950 tahun.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, kemudian dia tinggal di antara mereka selama 950 tahun …” ( QS. Al ’Ankabut : 14 )

          Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah mengalami penyiksaan yang amat memilukan selama tiga periode kepempimpinan khalifah yang berbeda yakni khalifah Al Makmun, Al Mu’tashim, dan Al Watsiq, demi mempertahankan aqidah yang benar bahwa Al Quran adalah kalamullah (firman Allah), dan Al Quran bukan makhluk Allah sebagaimana keyakinan kelompok menyimpang Mu’tazilah. Namun, akhirnya pada Al Watsiq beliau dibebaskan, bahkan khalifah ini mengakui kebenaran keyakinan Imam Ahmad bin Hambal dan mendukung dakwahnya.

          Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah menyusun kitab Fathul Bari selama 25 tahun. Kitab yang memberikan penjelasan terhadap hadits-hadits yang terdapat kitab Shahih Bukhari. Dan, kita ini dinilai sebagai kitab terbaik dan terlengkap dalam bidangnya, khususnya dalam memberikan penjelasan (syarah) terhadap Shahih Bukhari.
Masih banyak contoh-contoh kesabaran orang-orang besar dan sukses selain mereka.
Lalu, di manakah posisi kita di antara mereka?

Wallahu A’lam Bishawab

Rabu, 17 Juli 2013

Menu - Menu Takjil Khas Indonesia

          Ketika waktu berbuka puasa datang kita dianjuran untuk terlebih dahulu membatalkan dengan makanan kecil yang manis, barulah setelah sholat magrib kita makan makanan yang lebih berat, agar perut dapat beradaptasi dengan baik. Untuk anda yang masih bingung memilih menu berbuka puasa sekarang Tidak perlu bingung lagi menyiapkan menu apa untuk berbuka puasa! Menu-menu berbuka puasa (takjil) manis menyegarkan paling digemari oleh masyarakat, disajikan disini. Berikut kami sampaikan informasi  sajian takjil paling sedap yang banyak dijual dimana-mana. Silahkan di lihat daftarnya dibawah.

takjil-buka-puasa-lazada-indonesia.jpg

1. Kolak Biji Salak

          Kolak biji salak tidak terbuat dari biji salak sungguhan. Kenapa dinamakan biji salak karena setelah diolah bentuk dan warnanya mirip dengan biji salak. Biasanya adonan biji salak terbuat dari tepung yang dipadukan ubi jalar. Disajikan dengan santan kelapa, kolak biji salak tak perlu digerus, melainkan akan lumer sendiri di mulut. Sedapnya lagi biji salak dapat dinikmati dingin maupun panas.

2. Jejongkong

          Jejongkong adalah menu takjil asli Indonesia khas Lampung. Makanan Ini adalah salah satu varian pengembangan dari menu kolak. Yang bikin beda, isinya. Jejongkong berisi adonan tepung beras, tepung ketan, dan tepung kanji yang diberi warna dan perasa dari daun pandan. Nama jejongkong ini sendiri merupakan pengembangan dari bahasa lain dari daun pandan, yakni “jongkong”. Beberapa orang salah mengira Jejongkong ini sebagai cincau, bila cincau berwana ahak bening, jejongkong memiliki warna hijau muda.

3. Colenak
         
          Jajanan satu ini cukup terkenal, namanya seakan dicomot saja dari cara makannya — dicocol, enak. Dan memang begitulah cara makan jajanan colenak ini. Tape bakar disajikan dengan saus manis sebagai cocolan. Colenak dapat dibeli di daerah Bandung dan sekitarnya. Sangking terkenalnya colenak ini, makanan khas bandung ini banyak juga dijual di restoran-restoran mahal.

4. Es Goyobod

          Produk Kota Garut ini memiliki rasa yang sama uniknya dengan namanya. Unik karena, es ini berisi adonan hunkue (semacam tepung kanji) yang memberikan sensasi kenyal unik ketika dinikmati. Selain berisi hunkue, es goyobod ini juga mengandung isian yang hampir sama dengan es campur.

5. Degan Bakar Sulfat

          Degan cara penyajiannya biasanya dibakar terlebih dahulu. Pembakarannya pun harus sampai benar-benar mendidih selama tiga sampai empat jam. Setelah selesai proses pembakaran, degan ini baru bisa dinikmati setelah kulitnya dibersihkan dari sisa pembakaran. Hasil dari proses pembakaran tadi akan menghasilkan cita rasa yang berbeda. Daging kelapa mudanya akan terasa lebih manis. Mengapa ada label “Sulfat”? Karena degan bakar sulfat memang dijual di daerah Sulfat, Malang.

6. Kolak Ayam

          Kalau biasanya kolak berisi pisang, ubi atau ketela, maka warga Gresik punya varian isi kolak yang sangat berbeda. Warga Gumeno, Gresik mencampurkan ayam dan irisan daun bawang sebagai isian di kuah manis kolak. Tak hanya unik tampilan dan rasanya, proses masaknya pun juga merupakan ritual tersendiri di kawasan tersebut. Hal ini karena, kolak ayam ini merupakan salah satu tradisi yang diturunkan oleh Sunan Giri.

7. Bubur Lemu

          “Lemu” dalam bahasa Jawa berarti gemuk atau gendut. Sebuah nama yang unik untuk bubur tepung beras berkuah saus gula merah dan santan. Kemungkinan, predikat “lemu” tadi diberikan karena secara tampilan, tepung beras tadi tampak seperti gelambir perut yang gendut.

8. Martabak Pizza Kurma

          Seakan masih kurang puas dengan martabak yang porsi dan isiannya yang beragam, di Bandung ada menu martabak yang cukup “wah”. Hampir sama dengan martabak pada umumnya, hanya saja ditambahkan bahan-bahan pelengkap seperti kurma dan kacang Arab. Label “pizza” ditambahkan karena martabak ini disajikan dalam bentuk yang menyerupai pizza.

9. Bubur Kampiun

          Bubur khas Minang ini istimewa, karena merupakan campuran kolak pisang, bubur candil, bubur sumsum dan ketan hitam. Mungkin itu juga menjelaskan kenapa nama bubur ini “kampiun” (pemenang) — karena memang isinya sedemikian istimewa.

10. Es Palu Butung

          Ini adalah salaah satu minuman khas Makasar yang cukup populer. Berisi pisang dan bubur putih plus sirup merah dan susu, es ini akan cukup mengisi perut yang kosong seharian. Sangat cocok untuk melepas dahaga.

Seperti itulah menu takjil yang perlu di siapkan saat berbuka puasa. Semoga info ini dapat membantu anda dalam menentukan menu saat ingin berbuka puasa.


Jumat, 12 Juli 2013

HUKUM SHALAT TARAWIH DILAKUKAN SENDIRI ATAU BERJAMA'AH

          Perbedaan pendapat mengenai tatacara pelaksanaan Tarawih memang cukup banyak. Mulai dari perbedaan jumlah raka’atnya, bacaan-bacaannya, bahkan ada sebagian yang masih khilaf tentangmasyru’iyahnya  shalat Tarawih ketika dikerjakan berjama’ah seperti umumnya yang terjadi sekarang ini.
Setiap shalat sunnah punya aturan sendiri-sendiri, termasuk dalam hal apakah dilakukan dengan berjamaah atau tidak. Sebagian shalat sunnah harus dikerjakan dengan cara berjamaah, seperti shalat Idul fithri, shalat Idul Adha, shalat Istisqa', shalat Khusuf dan shalat Kusuf.
          Sebagian lainnya tidak diutamakan untuk dikerjakan secara berjamaah, misalnya shalat sunnah rawatib qabliyah dan ba'diyah, shalat tahiyatul masjid, shalat dhuha, shalat lail dan seterusnya. Shalat-shalat ini dahulu dilakukan oleh Rasulullah SAW dengan sendirian (munfarid), tidak dengan berjamaah.
          Namun ada pula sebagian shalat yang boleh saja dikerjakan sendiri sendiri ataupun berjama’ah, semisal shalat malam, shalat Dhuha dan Tasbih. Lantas shalat Tarawih masuk golongan shalat sunnah  yang mana ? Apakah masuk golongan shalat sunnah yang disyariatkan berjama’ah, atau sendiri, atau boleh kedua-duanya ?
          Sebelum kita menarik kesimpulan tentang masalah ini, ada baiknya sejenak  kita  menyimak kembali sejarah shalat Tarawih di zaman Rasulullah Saw dan para sahabat radhiyallahu’anhum.

Shalat Tarawih di zaman Nabi dan Shahabat

           Imam Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahihain meriwayatkan hadis dari Aisyah RA bahwa pada suatu malam di bulan Ramadan, Rasulullah SAW keluar menuju masjid untuk mendirikan shalat malam. Lalu datanglah beberapa sahabat dan bermakmum di belakang beliau. Ketika Shubuh tiba, orang-orang berbincang-bincang mengenai hal tersebut. Pada malam selanjutnya, jumlah jamaah semakin bertambah daripada sebelumnya. Demikianlah seterusnya pada malam-malam berikutnya. Hal itu berlanjut hingga tiga malam.
          Pada malam keempat, masjid menjadi sesak dan tak mampu menampung seluruh jamaah. Namun Rasulullah SAW tak kunjung keluar dari kamarnya. Hingga fajar menyingsing, Rasulullah SAW baru keluar untuk menunaikan shalat Shubuh. Selepas itu beliau berkhutbah, "Amma Ba'd. Saya telah mengetahui kejadian semalam. Akan tetapi saya khawatir shalat itu akan diwajibkan atas kalian sehingga kalian tidak mampu melakukannya."
          Untuk selanjutnya shalat Tarawih tidak dikerjakan secara berjama’ah. Kondisi seperti ini berjalan hingga Rasulullah SAW wafat,  masa pemerintahan khalifah Abu Bakar dan awal pemerintahan sayyidina Umar.
          Barulah setelah berjalan beberapa waktu,  khalifah Umar bin Al-Khattab ra.  Memerintahkan agar shalat Tarawih dikerjakan secara berjama’ah.
          Jika ada pertanyaan, mengapa Khalifah Abu Bakar tidak memerintahkan kaum muslimin mengerjakan Tarawih secara berjamah ? Analisanya adalah bahwa masa khilafah Abu Bakar tidak berlangsung lama, hanya sekitar 2 tahun saja. Sedangan dimasa itu pula kaum muslimin mengalami berbagai fitnah dan cobaan. Misalnya kasus murtadnya berbagai dari suku-suku arab. Sementara itu kaum muslimin saat itu sedang menghadapi peperangan besar melawan Romawi. Tentu mereka sibuk mempersiapkan peperangan besar.
Demikian pula pada masa kekhalifahan Abu Bakar ra. dan awal kekhalifahan Umar bin Khattab. Baru kemudian pada tahun ke-4 Hijriah, Khalifah Umar berinisiatif untuk menjadikan shalat tersebut berjamaah dengan satu imam di masjid. Beliau menunjuk Ubay bin Kaab sebagai imamnya. Khalifah Umar lalu berkata, "Sebaik-baik bid'ah adalah ini." (HR. Al-Bukhari)
          Imam Abu Yusuf pernah bertanya kepada gurunya, Imam Abu Hanifah, tentang shalat tarawih dan apa yang diperbuat oleh Khalifah Umar. Imam Abu Hanifah menjawab, "Tarawih itu sunnah muakkadah. Umar tidak pernah membuat-buat perkara baru dari dirinya sendiri dan beliau bukan seorang pembuat bid'ah. Beliau tak pernah memerintahkan sesuatu kecuali berdasarkan dalil dari dirinya dan sesuai dengan masa Rasulullah SAW. Umar telah menghidupkan sunnah ini lalu mengumpulkan orang-orang pada Ubay bin Kaab lalu menunaikan shalat itu secara berjamaah, sementara jumlah para sahabat sangat melimpah, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar, dan tak satu pun yang mengingkari hal itu. Bahkan mereka semua sepakat dan memerintahkan hal yang sama."

Mana yang lebih utama  mengerjakan Tarawih secara berjama’ah atau sendiri

          Bila kita analisa, sebab kenapa Rasulullah Saw meninggalkan mengerjakan shalat Tarawih secara berjama’ah adalah karena khawatir hal tersebut akan di wajibkan atas umatnya. Maka sepeninggal beliau tentu kekhawatiran ini tidak ada lagi, hal inilah yang kemudian menyebabkan khalifah Umar mengambil insiatif agar sunnah berjama’ah Tarawih dihidupkan kembali. Dan ternyata apa yang dilakukan oleh khalifah Umar ra, disetujui dengan suara bulat oleh seluruh shahabat. Tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa ada satu shahabat yang menentang  kebijakan khalifah Umar ketika itu. Maka dengan sendirinya dikatakan bahwa shalat Tarawih dengan berjamaah merupakan ijma' para shahabat. Dan ijma' merupakan salah satu sumber syariah yang disepakati.

          Dan sejak hari itu hingga saat ini, shalat tarawih berjamaah terus berlangsung tiap malam Ramadhan di masjid Nabawi Madinah, dan juga di semua masjid yang ada di muka bumi. Seluruh ulama baik salaf maupun khalaf sepakat atas disyariatkannya shalat tarawih berjamaah di belakang satu imam, karena seperti itulah yang awal mula dikerjakan oleh Nabi SAW.

          Para ahlu fiqih secara jumhur bersepakat menarik kesimpulan tidak berjamaahnya Nabi Saw dalam shalat Tarawih bukan bersifat menasakh hukum kesunnahan Tarawih berjamaah. Tetapi memberi dasar hukum kebolehan shalat Tarawih dilakukan tidak berjamaah karena adanya alasan tertentu. Meskipun yang lebih utama adalah dikerjakan secara berjama’ah. Wallahu’alam bis Shawwab.

Sabtu, 06 Juli 2013

Keistimewaan Bulan Suci Ramadhan

Istimewanya bulan Ramadhan disebutkan dalam salah satu hadits shahih Bukhari-Muslim ;

“Apabila Ramadlan telah tiba, maka pintu-pintu surga akan dibuka, lalu pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan pun akan dirantai”.(HR Bukhari-Muslim)

          Subhanallah, sungguh istimewa nya bulan Ramadhan ini sampai-sampai pintu surga di buka agar manusia senantiasa mau bersyukur dan melaksanakan ibadah yang sebanyak-banyaknya di bulan yang suci ini, yang tentunya setiap pahala yang dikerjakan karena mengharap ridha dari Allah akan berbuah surga yang penuh kenikmatan. Pintu neraka pun di tutup dan setan-setan di rantai agar tidak mengganggu ibadah puasa yang dilaksanakan umat nabi Muhammad SAW.
Pada saat bulan Ramadhan umat Islam yang sudah baliqh dan berakal sehat diwajibkan melaksanakan ibadah puasa, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya Matahari, tanpa seteguk air atau pun sesuap makanan. Banyak orang-orang yang berlomba-lomba untuk memperbanyak ibadah dan juga sedekah.

          Ibnu Abbas menceritakan apa yang ia dengar dari Rasulullah SAW. Sesungguhnya surga itu di ukup-ukup dan diperhias tiap tahun ketika masuk bulan Ramadhan. Apabila pada malam Ramadhan, datanglah angin dari bawah Arasy (singgasana Allah) yang bernama Al-Mutsirah, menggoyangkan daun-daun surga dan menggerakkan daun pintu. Sehingga terdengarlah suara bidadari dari jendela-jendela atas bagian surga dan berseru: "Siapakah yang meminang kepada Allah untuk dikawinkan dengan salah seorang dari kami?" Kemudian bidadari-bidadari itu bertanya kepada malaikat Ridwan: "Yaa Ridwan, malam apakah ini?" Malaikat Ridwan menjawab: "Wahai wanita-wanita cantik, ini adalah malam pertama dari bulan Ramadhan."

          Kemudian Allah berfirman: "Wahai Ridwan, bukakanlah pintu-pintu surga untuk orang-orang yang berpuasa dari ummat Muhammad." Allah SWT berfirman kepada malaikat Malik: "Wahai Malik, tutuplah pintu-pintu neraka untuk orang-orang yang berpuasa dari ummat Muhammad." Allah berfirman kepada malaikat Jibril: "Wahai Jibril, turunlah ke bumi, ikatlah syaitan-syaitan yang jahat dan rantai mereka. Kemudian buanglah mereka ke dalam laut supaya mereka tidak mengganggu, merusak puasanya ummat Muhammad." Dan pada tiap malam bulan Ramadhan, Allah SWT berseru tiga kali:

- Siapa yang meminta, akan Aku berikan permintaannya.

- Siapa yang bertaubat, akan Aku terima taubatnya.

- Siapa yang meminta ampun, maka Aku akan ampunkan.

          Dan pada tiap hari di bulan Ramadhan, Allah SWT memerdekakan sejuta ahli neraka yang seharusnya layak mendapatkan siksa. Dan bila pada hari atau malam Jum'at, pada tiap jamnya dimerdekakan sejuta orang dari api neraka. Dan pada akhir Ramadhan, Allah SWT memerdekakan pada hari itu sebanyak orang yang dimerdekakan dari pertama hingga akhir Ramadhan.

          Pada malam Laillatul Qadar, Allah SWT menyuruh malaikat Jibril dengan rombongan malaikat turun ke bumi dengan membawa panji hijau dan diletakkan diatas Ka'bah, lalu malaikat Jibril mengutus para malaikat pergi kepada ummat Muhammad untuk memberi salam kepada tiap-tiap orang yang sedang berdiri ataupun duduk, shalat ataupun berdzikir dan menjabat tangan mereka serta mengaminkan do'a mereka hingga terbit fajar. Dan bila telah terbit fajar, maka Jibril berseru: "Wahai para malaikat segera kembali, kembali." Para malaikat bertanya: "Yaa Jibril, bagaimana mengenai hajat kaum mukminin dari ummat Muhammad?" Jibril menjawab: "Allah melihat mereka dengan pandangan Rahmat dan mengampuni mereka, kecuali golongan pemabuk, pendurhaka, memutuskan hubungan keluarga, dan orang yang memboikot tidak bicara dengan saudaranya lebih dari tiga hari."

          Malam Idul Fitri dinamakan malam pembagian hidayah, pada pagi harinya diutuslah seorang malaikat berdiri di perempatan jalan sambil berseru dengan suara lantang, yang dapat didengar oleh semua makhluk kecuali jin dan manusia: "Wahai ummat Muhammad, keluarlah kalian kepada Tuhan Yang Pemurah, memberi yang besar dan mengampunkan dosa-dosa besar." Dan bila mereka keluar menuju masjid dan mushalla, maka Allah SWT berfirman kepada para malaikat: "Wahai para malaikat, apakah upah buruh bila telah menyelesaikan pekerjaannya?" Malaikat menjawab: "Yaa Tuhan kami, upahnya supaya dibayar lunas." Allah SWT berfirman: "Aku persaksikan kepadamu wahai malaikat-Ku, bahwa pahala puasa dan bangun malam Ramadhan itu Keridhaan-Ku dan ampunan-Ku," Kemudian Allah SWT berfirman: "Memintalah wahai hamba-hamba Ku, demi Kemuliaan dan Kebesaran Ku, tiadalah kamu meminta urusan dunia atau agama melainkan Aku berikan kepadamu."

          Cerita yang diangkat dari hadits Rasulullah SAW tersebut menjadi bukti bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan rahmat dan berkah. Apa yang diceritakan dan disampaikan oleh Rasulullah tersebut, merupakan bagian dari dakwah Beliau untuk menyeru ummatnya agar menjadikan Ramadhan sebagai lahan subur untuk beribadah dan beramal shaleh. Umat Islam hendaknya menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Ibadah. Artinya, urusan ibadah hendaklah diperhatikan baik secara kualitas dan kuantitas. Disamping itu, hendaklah kita jadikan sebagai Syahrul Tarbiyah atau bulan pendidikan. Artinya, orang yang menjalankan ibadah Ramadhan hendaklah mendidik dan membimbing dirinya untuk menjadi orang yang ikhlas dan sabar dalam beribadah, serta menjauhi sifat-sifat tercela.


          Setiap detik di dalam bulan Ramadhan insya Allah ada berkah nya bagi orang-orang yang mengerjakan sesuatu karena Allah dan memulai nya dengan menyebut nama Allah, dan Allah tidak akan mengecewakan kita atas setiap amal ibadah yang kita lakukan dan pasti akan dibalas dengan balasan yang setimpal sesuai apa yang kita kerjakan. Keistimewaan bulan Ramadhan juga ditambah dengan ada nya malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan yang barang siapa yang bertemu dengan malam itu dia akan memperoleh pahala yang tak terhingga dan dosa nya insya Allah di ampuni Allah SWT. Amin :)


Senin, 01 Juli 2013

Hidup ini Keras

Hidup memang keras, dunia memang kejam. Maka kehidupan tak cukup dikesahkan dengan banyak keluhan, bahkan tak cukup dihadapi dengan selalu menjadi benalu di kehidupan orang. Kita harus mampu menjalaninya, walau bersama atau dalam kesendirian. Hufhhh,, rasanya memang berat, menjalani setiap ujian yang bertubi. Tak perlu ditangisi, karna airmata hanya menambah bukti kelemahan diri.

Namun saat ini, sangat benar-benar ingin mengeluhkan diri, sekaligus mencoba untuk memotivasi. Walau sebenarnya kata-kata tak lagi mempan memompa semangat ini untuk bangkit dan berdiri. Namun, kalau bukan diri sendiri, kepada siapa lagi kita percaya bahwa akan ada saatnya IA memberikan jalan keluarnya. Tak perlu berharap banyak pada manusia, karna kitalah penentu kebaikan dan segala pemecah permasalahan, tentunya dengan izin-Nya...
Yang dibelakang bukan berarti tidak bisa menjadi yang terdepan. Cukup menancap 'gas' dan konsistensi semangat untuk mengejar ketertinggalan...

Aku merasa, saat ini posisiku sedang terbelakang. Kadang mencoba melihat sekeliling dan kawan, sungguh mereka telah jauh melampauiku. Mungkin ini bukan jalanku, namun aku harus tetap berjalan pada jalan itu. Berjuang hingga akhir, hingga sampai di persimpangan. Setelah ada pilihan jalan, rasanya ingin memutar kendaliku, dan berlari pada jalan yang aku impikan. Saat ini, hanya mampu berjuang, bertahan hingga sampai di persimpangan...

Suatu saat takdir akan memaksa kita untuk menyerah padanya. Di sela ikhtiar, hanya mampu berdo'a, semoga keajaiban akan tiba....

Menyerah memang bukan pilihan. Walau semangat telah runtuh, walau kaki menapak, walau raga tak mampu berdirinamun masih ada satu hal bagi 'pecundang' untuk melakukan usaha. Berdo'a. Begitulah, kita dipaksa untuk pasrah oleh keadaan, ketika memang tak ada lagi hal yang mampu kita lakukan....
HARI KEMARIN.
Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat; lepaskan saja…
HARI ESOK.
Hingga mentari esok hari terbit, Kita tak tahu apa yang akan terjadi.
Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari.
Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba; biarkan saja…
 HARI INI.
Pintu masa lalu telah tertutup,
Pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri kita untuk hari ini.
Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila kita mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari.
Hiduplah hari ini.
Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit.
Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi.
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada kita.
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti atau berakhir.
Ingatlah bahwa kita menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri kita sendiri
Jangan biarkan masa lalu mengekang atau masa depan membuat bingung, lakukan yang terbaik HARI
INI dan lakukan sekarang juga.


Jalan ini semakin terlihat terjal, berkabut, jauh berujung... Aku terus tergopoh walau tak melihat pencerahan Terseok, lunglai dalam kegelapan.. Meraba dalam ketidakpastian... Lalu hanya sebatas lilin kecil, yang suatu saat mungkin akan padam
..............................